APDI Rilis Film Edukasi-Dokumenter: Amicus Curiae Meledak Kritisi Pemilu 2024

oleh -0 Dilihat
Amicus Curiae
Pakar Telematika saat syuting film dokumenter APDI (Ist)

Diskursus Network – Saya sengaja menggunakan kata “membludak” yang bagaikan Air Bah untuk menggambarkan banyaknya Amicus Curiae (= Sahabat Pengadilan) ini, karena memang sepanjang sejarah perkara di Indonesia, terutama di Mahkamah Konstitusi, baru saat ini jumlah masyarakat atau kelompok yang mengajukan diri sebagai Amicus Curiae sangat banyak. Hal ini membuktikan bahwa perkara yang sedang ditangani oleh Mahkamah Konstitusi memang mendapatkan perhatian serius dan berpengaruh terhadap masyarakat.

Hingga kemarin (Rabu, 17/04/24) tercatat tak kurang dari dua puluh dua Amicus Curiae telah masuk ke Sekretariat Mahkamah Konstitusi, mulai dari Brawijaya (Barisan Kebenaran Untuk Demokrasi), Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Aliansi Akademisi dan Masyarakat Sipil, Busyro Muqoddas, Saut Situmorang, Feri Amsari, Usman Hamid, Abraham Samad, dan lain-lain, termasuk Organisasi Mahasiswa UGM-UNPAD-UNDIP-UNAIR, Megawati Soekarnoputri, Forum Advokat Muda Indonesia (FAMI), dan banyak lagi.

Baca juga: Surat Terbuka Psikolog Forensik: Pengaruh Amicus Curiae Megawati pada Keputusan Mahkamah Konstitusi

Tak heran jika membludaknya pengajuan Amicus Curiae ini membuat hakim Mahkamah Konstitusi terheran-heran dan menyatakan bahwa baru kali ini ada sebuah perkara yang sangat menyedot perhatian masyarakat. Jelas, karena apa yang nantinya akan diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 22/04/24 akan sangat berpengaruh terhadap masyarakat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak hanya lima tahun ke depan tetapi mungkin berlanjut hingga puluhan tahun berikutnya jika modus seperti ini tidak diakhiri. Nepotisme dengan melanggar segala aturan dan merusak tata nilai etika, moral, dan hukum akan semakin parah jika dibiarkan.

Amicus Curiae
Suasana syuting film dokumenter APDI

Ini adalah waktu yang tepat bagi para hakim di Mahkamah Konstitusi untuk membuktikan kejujuran dan kebenaran hakiki kepada masyarakat Indonesia, karena keputusan yang akan dihasilkan benar-benar akan menjadi tonggak sejarah hukum di Indonesia, mirip dengan kalimat terkenal “to be or not to be, that’s the question” dari solilokui drama “Hamlet” karya William Shakespeare.

Di sisi lain, mungkin ada kekhawatiran tekanan oleh pihak tertentu yang bisa mempengaruhi keputusan para hakim Mahkamah Konstitusi, namun kita tentu semua percaya bahwa kehidupan manusia tidak akan kekal di alam fana, karena pertanggungan jawab setelah di alam baka justru yang akan dialami oleh para hakim tersebut apabila mereka nekat melakukan hal-hal di luar etika, kejujuran, nurani, dan kebenaran sesungguhnya. Tuhan Yang Maha Kuasa tentu tidak tidur dalam melihat apa yang sedang terjadi saat ini.

Jadi, sebagai masyarakat yang menginginkan supremasi hukum kembali di Indonesia dan marwah Mahkamah Konstitusi bisa kembali setelah dirusak oleh perbuatan curang dan jahat yang sempat terjadi, tentu semua berharap ketukan palu dari Kawasan Merdeka Barat tersebut nantinya benar-benar bisa menyelamatkan Indonesia dari terpuruk lebih dalam ke jurang kolusi dan nepotisme yang sudah terjadi. Apa jadinya kata para founding fathers yang sudah memperjuangkan kemerdekaan dan demokrasi sejak tahun 1945, bahkan di era sebelumnya, jika di tahun 2024 dirusak oleh kelakuan segelintir oknum yang memperdaya rakyat dengan ulahnya.

Baca juga: Tidak Semua Amicus Curiae Jadi Pertimbangan MK

Itulah yang saat ini juga sedang dikerjakan oleh APDI (Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia), karena selain sudah mengirimkan Amicus Curiae pada hari Selasa (16/04/24) kemarin, Aliansi yang beranggotakan para pakar IT independen, TPDI, Perekat Nusantara, IA-ITB, KAPPAK, dan KIPP saat ini sedang merampungkan sebuah film edukasi-dokumenter yang memotret perjalanan pemilu 2024 di Indonesia. Film tersebut nantinya bukan hanya berisi dokumentasi tetapi juga edukasi untuk bangsa ini ke depan agar kondisi yang terjadi saat ini, insyaallah, tidak terulang lagi.

Film ini direkam di kawasan yang sangat asri di seputaran Tangerang Selatan, diiringi suara burung-burung alam dan belasan hewan sebagai makhluk hidup yang dikonservasi dengan baik. Talent yang berperan di film ini saling mengisi dan melengkapi berdasarkan referensi dan latar belakang kepakaran dan pengalamannya masing-masing, mulai dari saya, kemudian Dr. Ir. Leony Lidya, MT, Erick S. Paat, SH, MH, Petrus Selestinus, SH, Paulet Stanly Jemmy Mokolensang, SH, Ir. Hairul Anas Suaidi, Ir. Akhmad Syarbini, Akhmad Akhyar Muttaqin, ST, dan diakhiri Kaka Suminta, semua memaparkan dengan sangat komprehensif dan disertai bukti faktual. Masing-masing talent juga dengan santai namun tetap ilmiah memberikan analisis berbasis sains terhadap apa yang dikemukakan, karena film ini bukan fiksi tetapi fakta.

Amicus Curiae
Suasana syuting film dokumenter APDI

Tema khusus yang diangkat mulai dari curang menuju kebohongan hingga kejahatan, Mahkamah Konstitusi mengungkap fakta-fakta bahwa presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala negara, anomali presiden, Mahkamah Konstitusi, dan penyelenggara pemilu 2024, integritas vs klaim SIREKAP hanya pepesan kosong, detail Amicus Curiae APDI, dan kecurangan vs integritas pemilu, dikemas secara filmogis dan sinematografis yang apik, dengan pengaturan lighting memenuhi kaidah standar broadcast (ada main light, side light, rim light, bahkan fill-in light), insyaallah film ini akan nyaman ditonton dan ramah bagi indra kita. Pengambilan gambar menggunakan sistem multi-camera dipadukan dengan inserting bukti-bukti dan fakta sesuai topik yang dibahas secara sistematis membuatnya kronologis dan terstruktur, meski bukan TSM sebagaimana perilaku kecurangan dan kejahatan pemilu yang sudah terjadi.

Jadi, kita tunggu saja rilis resmi film dari APDI ini, judul pasti silakan ditunggu saja saat diumumkan besok saat mulai tayang di media sosial, termasuk tentu saja YouTube sebagai platform utamanya. Bisa “Dirty Election” atau “Memang Curang” atau kata lain yang menggelitik, semua memang (sengaja) masih disimpan sebagai parodi dari data-data babon atau sumber data pemilu yang sempat mau disembunyikan oleh KPU beberapa waktu lalu (sebelum KIP akhirnya memerintahkan agar data-data publik tersebut dibuka). At last but not least, Amicus Curiae akan semakin membludak dan diharapkan penayangan dan dampak dari film edukasi-dokumenter APDI ini juga akan meledak … (Semoga)

Penulis: Dr. KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen, termasuk salah satu talent di Film Edukasi-Dokumenter APDI.

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.