Jakarta – Korban pelecehan seksual diduga oleh rektor Universitas Pancasila (UP) Edie Toet Hendratno membantah laporannya merupakan kampanye hitam atas pemilihan rektor yang sedang berjalan di kampus tersebut.
Kuasa hukum korban R, Amanda Manthovani membantah bahwa laporan tersebut merupakan kampanye hitam atas pemilihan rektor yang sedang berlangsung di universitas, ia menegaskan langkah ini dibuat sebagai profesional guna membantu kliennya untuk mendapat keadilan.
“Kalau dibilang ada politisasi kampus, saya malah enggak tahu kalau ada pemilihan rektor, korban sendiri juga tidak tahu menahu,” kata Amanda, kepada Diskursus Network Senin (26/02/2024).
Mengenai tanggapan terlapor atas dugaan pelecehan, kuasa hukum korban menyatakan itu hak terlapor.
“Ya itu sah-sah saja kalau terlapor mengelak dia tidak melakukan, silahkan. Tinggal nanti kita lihat prosesnya, pembuktiannya seperti apa,” ujar Amanda.
Baca juga: Rektor Universitas Pancasila Mangkir dari Pemeriksaan Polda Metro
Tidak hanya melapor ke Polda Metro Jaya, korban juga telah meminta perlindungan hukum ke lembaga perlindungan saksi dan korban. Ada traumatik dan ketakutan yang dialami korban sehingga baru melapor saat ini.
“Kenapa baru melapor? karena secara psikis, tramautik mereka yang membuat mereka maju mundur untuk membuat laporan,” jelasnya Amanda Manthovani.
Korban pelecehan diketahui bukan hanya Pegawai berinisial R, seorang pegawai honorer berinisal DB juga telah membuat laporan yang sama atas dugaan pelecehan yang dilakukan oleh rektor tersebut ke Polda Metro Jaya.
Rektor UP, Edie Toet Hendratno tidak hadir dalam pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Edie diperiksa atas laporan dugaan pelecehan terhadap pegawainya yang berinial R pada Januari lalu. (DN-P)