Jemaah Naqsabandiyah di Indonesia Lebaran Hari ini: Perkembangan dan Latar Belakang Tarekat

oleh -0 Dilihat
Naqsabandiyah di Indonesia
Zahar tokoh masyarakat Naqsabandiyah dengan latar belakang Masjid Nqsabandiyah di Sumatera Barat.

Jakarta – Sebuah momen spiritual yang penuh kekhusyukan terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat, ketika puluhan jemaah Naqsabandiyah di Indonesia berkumpul di kecamatan Pauh untuk melaksanakan ibadah Sholat Idul Fitri. Berdasarkan metode perhitungan rukhyat yang telah diwariskan secara turun-temurun, jemaah ini meyakini bahwa 1 Syawal 1445 Hijriah jatuh pada Senin (08/04/2024).

Jemaah Naqsabandiyah, yang terkenal dengan kepatuhan dan ketelitian dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam sesuai dengan tarekat mereka, telah menggunakan metode rukhyat dan hisab munjid dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal. Dengan demikian, mereka telah genap menjalankan ibadah puasa selama 30 hari, sesuai dengan penentuan awal dan akhir Ramadhan yang mereka lakukan secara mandiri.

Baca juga: Besok Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1445 H, Akankan Idulfitri Tahun ini Seragam Dengan Muhammadiyah?

Surau baru di kecamatan Pauh dan beberapa mushola di kecamatan Lubuk Kilangan menjadi saksi bisu jemaah Naqsabandiyah dari berbagai daerah di Kota Padang serta sejumlah jemaah dari luar Sumatera Barat yang berkumpul untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri. Zahar, salah satu jemaah tarekat Naqsabandiyah, menyatakan, “Puasa kami sudah lengkap 30 hari, kami menggunakan hisab dan rukhyat, dari awal puasa dan masuk hari ini pas 30 hari.”

Latar Belakang Jemaah Naqsabandiyah di Indonesia

naqsabandiyah di Indonesia
Zahar, Tokoh Masyarakat Naqsabandiyah di Padang, Sumatera Barat.

Tarekat Naqsabandiyah merupakan salah satu tarekat sufi dalam Islam yang memiliki pengikut di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tarekat ini menekankan pentingnya pengamalan dzikir dalam kehidupan sehari-hari dan pengembangan spiritual individu melalui pendekatan langsung kepada Allah SWT. Di Indonesia, tarekat Naqsabandiyah telah berkembang dan menyesuaikan dengan budaya lokal, namun tetap mempertahankan inti ajarannya.

Perkembangan Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia

Naqsabandiyah di Indonesia
Jemaah Naqsabandiyah di Padang, Sumbar usai salat Ied 1445 H

Tarekat Naqsabandiyah mulai dikenal di Indonesia pada abad ke-17 dan terus berkembang hingga saat ini. Di beberapa wilayah, tarekat ini memiliki pengikut yang cukup banyak dan aktif dalam kegiatan keagamaan serta sosial. Perkembangan tarekat ini tidak terlepas dari peran para ulama dan mursyid yang menyebarkan ajaran-ajaran tarekat dengan penuh kesabaran dan keteladanan. Di Sumatera Barat, khususnya, tarekat Naqsabandiyah memiliki peranan penting dalam penyebaran dan pengamalan Islam yang moderat dan inklusif.

Pelaksanaan ibadah Sholat Idul Fitri oleh jemaah Naqsabandiyah di Kota Padang ini merupakan salah satu manifestasi dari keberagaman praktik keagamaan di Indonesia, sekaligus menunjukkan kekayaan tradisi dan tarekat dalam Islam di negeri ini. Perayaan Idul Fitri oleh jemaah Naqsabandiyah dengan metode perhitungan mereka sendiri mengingatkan kita pada pentingnya toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan dalam umat beragama.

Baca juga: 6 Fakta yang Harus Diketahui Tentang Jemaah Aolia

Tarekat dalam Islam merujuk pada aliran sufi atau jalur spiritual yang mengarahkan pengikutnya pada pemahaman yang lebih dalam tentang Islam melalui praktik zikir, doa, meditasi, dan pengajaran guru spiritual atau syekh. Aliran sufi ini bertujuan untuk membersihkan hati dan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, dan mencapai tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi. Tarekat tidak hanya mengajarkan tentang aspek ritual ibadah, tetapi juga menekankan pentingnya pengembangan karakter, etika, dan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah dan Penyebaran Tarekat di Indonesia

naqsabandiyah di Indonesia
Ilustrasi sufi

Penyebaran tarekat di Indonesia tidak terlepas dari peran para wali, ulama, dan pedagang Muslim yang datang ke Nusantara pada abad ke-13 hingga abad ke-16. Mereka membawa ajaran Islam, termasuk praktik sufi dan tarekat, ke berbagai daerah di Indonesia. Penyebaran tarekat ini juga dipengaruhi oleh interaksi budaya dan perdagangan antara Nusantara dengan dunia Islam di Timur Tengah, India, dan Persia.

Salah satu faktor yang memungkinkan penyebaran tarekat di Indonesia adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan budaya lokal. Para wali dan ulama sufi menyampaikan ajaran Islam dan tarekat dengan menggunakan pendekatan yang lembut, dialogis, dan sering kali melalui seni, seperti musik, sastra, dan pertunjukan. Hal ini membuat tarekat diterima dengan baik oleh masyarakat lokal yang memiliki tradisi spiritual dan budaya yang kaya.

Tarekat-Tarekat di Indonesia

Naqsabandiyah di Indonesia
Ilustrasi peci jemaah tarekat

Beberapa tarekat yang telah berkembang dan memiliki pengikut signifikan di Indonesia antara lain adalah Tarekat Naqsabandiyah, Qadiriyah, Shadziliyah, dan Tijaniyah. Masing-masing tarekat memiliki ciri khas, metode praktik spiritual, dan pengajaran yang unik, namun semua berbagi tujuan yang sama yaitu pencapaian kesucian spiritual dan kedekatan dengan Allah.

Tarekat telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kehidupan beragama dan sosial di Indonesia. Melalui tarekat, nilai-nilai spiritual Islam seperti kesabaran, toleransi, kasih sayang, dan kebersamaan ditekankan dan diajarkan kepada pengikutnya. Ini telah membentuk karakteristik khas dari keislaman di Indonesia yang moderat dan inklusif.

Selain itu, banyak pesantren dan komunitas sufi di Indonesia yang terafiliasi dengan tarekat tertentu telah berperan aktif dalam pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian budaya lokal. Melalui aktivitas-aktivitas ini, tarekat tidak hanya memperdalam kehidupan spiritual umat Islam di Indonesia tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan sosial dan budaya. (DN)

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.