,

6 Fakta yang Harus Diketahui Tentang Jemaah Aolia

oleh -0 Dilihat
Jemaah Aolia
Mbah Benu Pendiri Jemaah Aolia Sedang Menjelaskan Ajarannya

Diskursus Network – Jumat 5 April 2024, menjadi hari yang istimewa bagi Jemaah Aolia yang merayakan Idul Fitri lebih cepat beberapa hari sebelum diumumkan pemerintah dan lebih awal pula dari Ormas Islam besar di Indonesia seperti Nadhlatul Ulama atau Muhammadiyah yang mungkin jatuh pada tanggal 10 April 2024.

Sebelumnya pada tahun 2023 Jemaah Aolia juga melaksanakan puasa ramadan dan merayakan idul fitri lebih cepat yaitu 20 April 2023, sedangkan pemerintah baru secara resmi menetapkan lebaran pada tanggal 22 April 2023.

Meski demikian, Jemaah Aolia tetap melaksanakan puasa Ramadan tahun ini selama 30 hari sesuai penanggalan kalender Hijriah yang hanya terdiri atas 29 atau 30 hari.  Jemaah Aolia memulai puasa Ramadan lebih awal lima hari dibandingkan Pemerintah pada hari Kamis 7 Maret 2024, dan 6 inilah fakta tentang Jemaah Aolia

Baca Juga  Pos Pengamanan Mudik ‘Kungfu Panda’ Mampang Prapatan: Fasilitas Anak dan Keselamatan Mudik Lebaran 2024

1. Didirikan Oleh Mbah Benu

Jemaah Aolia digagas oleh seorang tokoh agama Bernama Raden Ibnu Hajar Soleh  Prenolo atau yang dikenal sebagai mbah Benu. Kebanyakan penganut aliran ini tinggal di wilayah Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Mengutip riset Suwito NS yang dimuat dalam Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 9, No. 2  terbitan tahun 2011, terungkap Jamaah Aolia berdiri pada tahun 1972 di Desa Giriharjo Panggang, Gunung Kidul.

Awalnya, jumlah muridnya terbatas. Namun, berkat pengajian yang dilakukan di rumah para muridnya secara bergiliran mulai menarik minat lebih banyak orang, karena mbah Benu menerapkan nilai-nilai Islam kepada masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Memiliki sistem kalender sendiri

Salat ied
Suasana di Depan Masjid Aolia Saat Jemaah akan Melaksanakan Salat Ied hari Jumat 5 April 2024

Berbeda dengan umat Islam pada umumnya, Jemaah Aolia memiliki system penanggalan yang berbeda dengan kalender Hijriah yang digunakan oleh kebanyakan umat Islam. Inilah yang menjadi alasan mengapa mereka memulai salat tarawih, puasa Ramadan bahkan Idul Fitri lebih awal dibanding mayoritas umat Islam di negeri ini.

3. Beraliran Sufi

Menurut Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic Studies Vol. 57, no. 2 (2019), Jemaah Aolia menganut ajaran sufisme yang menekankan pada kepedulian terhadap keberlangsungan bumi dan kesejahteraan manusia.

Sikap ini sejalan dengan prinsip-prinsip sufisme yang menunjukkan perhatian terhadap masalah kemanusiaan dan lingkungan, yang menarik adalah jemaah ini memiliki respons yang kuat tehadap  perubahan iklim dan krisis lingkungan.

Baca Juga Catat, Ini Cara Gunakan Aplikasi Pantau Cuaca Ekstrem Saat Mudik

4. Pendiri Jemaah Aolia berguru pada ulama besar

Mbah Benu pendiri Jemaah Aolia juga punya riwayat berguru pada ulama besar di tanah Jawa, Ia mengaku pernah menuntut ilmu agama di Pesantren Mbulus yang berada di daerah Maron Purworejo.

Dia bahkan mengaku mendalami ajaran ulama besar yang pernah hidup di tanah Jawa seperti Syech Jumadil Kubro yang dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran dari Klaten.

5. Masjid Aolia menjadi Pusat Kegiatan Umat

Menuju Masjid
Jemaah Aolia Menuju Masjid Mereka Untuk Melaksanakan Salat Ied pada Hari Jumat April 2024

Layaknya umat Islam pada umumnya, Masjid merupakan tempat penting yang menjadi pusat kegiatan Jemaah. Saat ini pusat kegiatan keagamaan Jemaah Aolia terpusat di Masjid Aolia yang didirikan mbah Benu alias Raden Ibnu Hajar Sholeh Prenolo pada tahun 1984.

Masjid yang terletak sekitar 50 meter di sisi barat rumah Mbah Benu.  di Giriharjo, Panggang, Gunungkidul, D.I Yogyakarta,  memiliki berbagai kegiatan keagamaan seperti salat berjamaah, pengajian,  serta pembinaan rohani dijalankan.

Baca Juga :Pemerintah Pastikan Lebaran 2024 Tanggal 10 April, Menko PMK: Akan Ada Lonjakan Pemudik Hingga 193 Juta

6. Peduli lingkungan

Pemimpin Jemaah Aolia, yaitu Mbah Benu menekankan Jemaah Aolia tentang pentingnya melestarikan lingkungan dan menunjukkan berbagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim.

Bahkan Mbah Benu memberikan contoh sebelum mendirikan Masjid Aolia yang menjadi pusat aktivitas pengikutnya, ia mencari sumber air yang memadai di wilayah Panggang  yang berada di kawasan pegunungan kapur.

Sulitnya mendapatkan air membuat Mbah Benu membangun embung dan  mendirikan tandon untuk menampung dan mengelola air hujan agar kebutuhan air masyarakat bisa terpenuhi dengan jumlah air memadai dan berkualitas  meskipun volumenta terbatas.

Tidak hanyaitu pengikut Aolia juga kerap melakukan aktivitas penghijauan lahan, serta kegiatan ramah lingkungan yang turut berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar.

Baca Informasi Lainnya di: Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.