Harga Pangan Naik Menjelang Bulan Puasa, Ini Beberapa Faktor yang Mempengaruhi

oleh -0 Dilihat
Harga Pangan Naik Menjelang Bulan Puasa, Ini Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Kenaikan harga pangan menjelang bulan puasa merupakan fenomena yang umum terjadi di banyak negara, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang menjalankan puasa Ramadan.

Jakarta- Kenaikan harga pangan menjelang bulan puasa merupakan fenomena yang umum terjadi di banyak negara, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang menjalankan puasa Ramadan.

Setidaknya ada 5 komoditas yang sudah mulai terlihat kenaikan harganya. Pertama, beras. Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional, harga beras premium Rp 16.590/kg dan beras medium Rp 14.410/kg.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga pangan cenderung meningkat menjelang bulan puasa:

1. Permintaan yang Meningkat
Selama bulan puasa, terjadi peningkatan permintaan akan berbagai jenis makanan, terutama makanan pokok seperti beras, gandum, dan daging. Ini disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk persiapan berbuka puasa (iftar) dan sahur. Permintaan yang meningkat secara alami akan mendorong harga naik karena penjual dapat menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.

2. Persediaan Terbatas
Beberapa negara memiliki keterbatasan dalam persediaan pangan, baik karena alasan geografis, politik, atau faktor lainnya. Keterbatasan ini dapat menyebabkan peningkatan harga saat permintaan meningkat, seperti yang terjadi menjelang bulan puasa di mana konsumsi makanan cenderung meningkat.

3. Distribusi yang Tidak Efisien
Distribusi pangan yang tidak efisien dapat menjadi faktor utama dalam kenaikan harga pangan menjelang bulan puasa. Kadang-kadang, meskipun persediaan pangan mencukupi, tetapi distribusinya tidak merata atau terhambat oleh berbagai faktor, seperti infrastruktur yang buruk, kesulitan akses ke daerah-daerah terpencil, atau masalah dalam rantai pasokan.

4. Spekulasi Pasar
Ada juga kemungkinan bahwa spekulan pasar memanfaatkan bulan puasa untuk mengerek harga pangan. Mereka mungkin percaya bahwa permintaan akan meningkat dan, oleh karena itu, mereka meningkatkan harga secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

5. Ketergantungan pada Impor
Negara-negara yang bergantung pada impor pangan juga rentan terhadap kenaikan harga menjelang bulan puasa. Fluktuasi nilai tukar mata uang dan kebijakan perdagangan luar negeri dapat mempengaruhi harga pangan secara signifikan.

6. Faktor Cuaca
Perubahan cuaca, termasuk musim kering atau banjir, dapat mempengaruhi produksi pangan dan ketersediaannya di pasar. Jika cuaca buruk terjadi menjelang bulan puasa, ini dapat mengakibatkan penurunan produksi dan kenaikan harga.

7. Biaya Transportasi
Biaya transportasi yang meningkat juga dapat mempengaruhi kenaikan harga pangan. Jika biaya bahan bakar atau biaya transportasi lainnya naik, hal ini dapat menyebabkan harga barang-barang menjadi lebih tinggi, termasuk harga pangan.

8. Faktor Politik dan Ketidakstabilan
Faktor politik dan ketidakstabilan dalam suatu negara juga dapat mempengaruhi harga pangan. Konflik bersenjata, kerusuhan sipil, atau ketidakpastian politik dapat mengganggu produksi, distribusi, dan akses terhadap pangan, yang akhirnya dapat mengakibatkan kenaikan harga.

9. Perubahan Gaya Hidup dan Konsumsi
Perubahan pola konsumsi selama bulan puasa, seperti meningkatnya konsumsi makanan siap saji atau makanan ringan, juga dapat mempengaruhi harga pangan. Produsen mungkin menaikkan harga produk-produk tertentu yang populer selama bulan puasa karena permintaan yang tinggi.

10. Subsidi Pemerintah
Di beberapa negara, pemerintah memberlakukan subsidi pada harga pangan tertentu untuk membantu masyarakat menghadapi kenaikan harga jelang bulan puasa. Namun, jika subsidi tersebut tidak mencukupi atau tidak tepat sasaran, maka harga pangan tetap bisa naik.

Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketersediaan pangan yang memadai dan stabil, serta untuk mengontrol spekulasi pasar yang tidak sehat dan meningkatkan efisiensi distribusi pangan. Hal ini akan membantu mengurangi dampak kenaikan harga pangan pada masyarakat, terutama jelang bulan puasa.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2024 baik secara bulanan maupun tahunan naik masing-masing 0,37% dan 2,75%. Hal itu diprediksi karena adanya permintaan cukup tinggi saat Pemilu 2024, di mana penyumbang utama berasal dari sektor makanan minuman, tembakau, transportasi, serta penyediaan makanan dan minuman di restoran.(Red DN)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.