UNICEF : 11 Anak Tewas Setiap Pekan di Jalur Migrasi Mediterania

oleh -0 Dilihat
Foto yang diabadikan pada 2 Maret 2020 ini memperlihatkan para pengungsi dan migran yang turun dari perahu setelah tiba di Skala Sikaminias yang terletak di Pulau Lesvos, Yunani. (Xinhua)
Foto yang diabadikan pada 2 Maret 2020 ini memperlihatkan para pengungsi dan migran yang turun dari perahu setelah tiba di Skala Sikaminias yang terletak di Pulau Lesvos, Yunani. (Xinhua)

Diskursus Network – Sejak 2018, sekitar 1.500 anak meninggal atau hilang saat mencoba menyeberangi Laut Mediterania Tengah, menurut perkiraan UNICEF.

Jumlah ini menyumbang hampir satu dari lima orang di antara 8.274 orang yang tewas atau hilang dalam rute tersebut, menurut catatan Proyek Migran yang Hilang dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration/IOM).

Banyak kapal karam di penyeberangan Laut Mediterania Tengah tidak menyisakan korban selamat atau tidak tercatat, sehingga jumlah korban anak yang sebenarnya hampir tidak mungkin diverifikasi dan kemungkinan jauh lebih tinggi, kata UNICEF.

“Dalam upaya mendapatkan keamanan, bersatu kembali dengan keluarga, dan mencari masa depan yang lebih penuh harapan, terlalu banyak anak yang menaiki perahu di pantai Mediterania, hanya untuk kehilangan nyawa atau hilang dalam perjalanan,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell dalam sebuah rilis pers dikutip Sabtu (15/7/2023)

“Ini adalah tanda yang jelas bahwa lebih banyak hal yang harus dilakukan untuk menciptakan jalur yang aman dan legal bagi anak-anak untuk mengakses suaka, sambil memperkuat upaya penyelamatan nyawa di laut,” ungkapnya.

Pada akhirnya, lebih banyak lagi yang harus dilakukan untuk mengatasi akar penyebab utama yang membuat anak-anak mempertaruhkan nyawa mereka.

UNICEF memperkirakan bahwa 11.600 anak, rata-rata 428 anak per pekan, tiba di pantai Italia dari Afrika Utara sejak Januari 2023. Angka tersebut merupakan peningkatan dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2022, meskipun terdapat risiko besar bagi anak-anak.

Mayoritas anak berangkat dari Libya dan Tunisia, setelah melakukan perjalanan berbahaya dari negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.

Dalam tiga bulan pertama 2023, sebanyak 3.300 anak, atau 71 persen dari semua anak yang tiba di Eropa melalui rute ini, tercatat sebagai anak tanpa pendamping atau terpisah dari orang tua atau wali sah mereka, yang menempatkan mereka pada risiko kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan yang lebih besar, kata UNICEF.  (red/Xinhua)

baca : Satu Tahun Jadi DPO, Pelaku Pencurian Sapi Ditangkap Polisi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.