Membandingkan Sel Baterai Dengan Sumber Bahan Bakar Tradisional

oleh -0 Dilihat
Membandingkan Sel Baterai Dengan Sumber Bahan Bakar Tradisional
Mengingat banyaknya sumber bahan pembuatan baterai EV yang berdampak negatif, produsen mencari solusi baru yang ramah lingkungan untuk memproduksi baterai.

Jakarta- Mengingat banyaknya sumber bahan pembuatan baterai EV yang berdampak negatif, produsen mencari solusi baru yang ramah lingkungan untuk memproduksi baterai. Salah satu alternatif tersebut adalah teknologi lithium iron phosphate (LFP atau Li-FP), yang menggunakan besi sebagai pengganti kobalt.

Pabrikan mobil listrik juga mulai menggunakan kembali dan memodifikasi baterai mereka sendiri dengan berbagai cara. Misalnya, Nissan memperbarui baterai mobil Leaf lama dan memasukkannya ke dalam kendaraan berpemandu otomatis yang membawa suku cadang ke pabriknya.

Penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan teknologi baterai yang lebih efisien, ringan, dan ekonomis. Baterai solid-state menjadi fokus utama, diharapkan dapat mengatasi beberapa kendala yang dihadapi oleh baterai lithium-ion saat ini.

Baterai lithium-ion dan sel bahan bakar menghasilkan listrik melalui reaksi kimia yang sangat mirip. Namun energi yang digunakan dalam reaksi kimia berbeda-beda. Sederhananya, baterai menggunakan energi yang tersimpan untuk menghasilkan listrik, sedangkan sel bahan bakar menggunakan bahan bakar kaya hidrogen untuk menghasilkan listrik.

Baterai litium-ion mengandung anoda dan katoda serta pemisah elektrolit yang mengisi ruang yang tersisa. Baik anoda dan katoda dapat menyimpan ion litium. Ketika ion litium berpindah antar elektroda melalui elektrolit, energi dihasilkan dan disimpan.

Berbeda dengan baterai, sel bahan bakar tidak menyimpan energi kimia pada komponennya. Sebaliknya, mereka menghasilkan energi dengan mengubah energi potensial yang tersimpan dalam hidrogen atau bahan bakar kaya hidrogen lainnya seperti metanol, amonia, dan etanol. Sama seperti baterai, ketika sel bahan bakar dihubungkan ke rangkaian listrik, ion hidrogen berpindah dari katoda ke anoda, mengubah energi kimia menjadi energi listrik.

Pihak lain mencoba mengembangkan baterai yang tidak terlalu bergantung pada sumber daya yang langka. Misalnya, baterai LiFePO4 (lithium iron phosphate) menggunakan litium tetapi tidak memerlukan nikel atau kobalt. Para peneliti juga telah mencoba membuat jenis baterai lain dari bahan yang lebih umum, namun belum mencapai tingkat kinerja yang dapat diterima.

Sel bahan bakar tidak terlalu rumit dalam hal sumber tenaganya. Mereka menggunakan bahan umum seperti aluminium dan baja tahan karat dalam strukturnya. Bahan bakar hidrogen juga merupakan unsur kimia paling melimpah di alam semesta. Baik sel bahan bakar maupun baterai memiliki potensi besar di masa depan. Inovasi dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi dampak lingkungan.

Baterai adalah solusi yang lebih matang dan telah ada selama lebih dari dua ratus tahun. Namun, kita mungkin sudah mendekati kepadatan energi baterai puncak. Sel bahan bakar adalah teknologi yang belum matang namun dapat memberikan solusi penyimpanan untuk aplikasi yang memerlukan jangkauan lebih tinggi.

Saat ini, berbagai bidang industri otomotif mengambil arah berbeda dalam hal elektrifikasi. Lithium-ion telah menjadi solusi pilihan bagi sebagian besar aplikasi otomotif, sedangkan sel bahan bakar adalah pilihan pertama untuk kendaraan komersial seperti bus, kereta api, truk, dan pesawat terbang. Negara-negara dengan sedikit kendali atas produksi baterai juga tampaknya beralih ke sel bahan bakar. (Red DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.