Pro-Kontra Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut, Bahaya Atau Tidak?

oleh -0 Dilihat
Pro-Kontra Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut, Bahaya Atau Tidak?
Jepang telah mulai melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik Fukushima yang rusak ke Samudera Pasifik, 12 tahun setelah krisis nuklir. (ils)

Jakarta- Jepang telah mulai melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik Fukushima yang rusak ke Samudera Pasifik, 12 tahun setelah krisis nuklir.

Pihak berwenang Jepang mengatakan pengujian dilakukan pada beberapa spesies laut untuk memastikan air limbah yang diolah tidak berbahaya. Para ahli mengatakan air limbah tersebut mungkin terbawa oleh arus laut, khususnya arus Kuroshio yang melintasi Pasifik.

Menanggapi hal ini beberapa pakar lingkungan memberikan komentar. James Smith, profesor ilmu lingkungan dan geologi University of Portsmouth misalnya, ia mengatakan “secara teori, Anda dapat meminum air ini”, karena air limbah telah diolah ketika disimpan dan kemudian diencerkan.

Sementara itu Profesor Amerika Emily Hammond, pakar hukum energi dan lingkungan di George Washington University, mengatakan tantangan radionuklida adalah bahwa radionuklida menimbulkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan.

Aktivis lingkungan memprotes pembuangan air limbah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut. Asosiasi Laboratorium Kelautan Nasional AS mengeluarkan pernyataan pada bulan Desember 2022 yang mengatakan mereka tidak yakin dengan data Jepang.

Ahli biologi kelautan Robert Richmond, dari University of Hawaii, mengatakan telah melihat penilaian dampak radiologi dan ekologi yang tidak memadai. Mereka sangat khawatir bahwa Jepang bukan hanya tidak mampu mendeteksi apa yang masuk ke dalam air, sedimen, dan limbah organisme.

Kritik juga disampaikan Shaun Burnie, spesialis nuklir senior di Greenpeace Asia Timur. Ia mengatakan tritium dapat menimbulkan “efek negatif langsung” pada tanaman dan hewan jika tertelan, termasuk “berkurangnya kesuburan” dan “kerusakan pada struktur sel, termasuk DNA”.

Adapun China telah melarang impor makanan laut Jepang karena pembuangan air limbah. Beberapa komentator media percaya bahwa hal ini mungkin merupakan langkah politik, terutama karena para ahli mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang mendukung kekhawatiran seputar makanan laut, karena radiasi yang dilepaskan sangat rendah.

Namun banyak orang yang setiap hari terpapar ke Samudera Pasifik merasa khawatir. Penyelam tradisional perempuan di Korea Selatan, yang dikenal sebagai “haenyeo”, termasuk yang mengaku cemas.

“Sekarang saya merasa tidak aman untuk menyelam,” kata Kim Eun-ah, yang telah melakukan pekerjaan di Pulau Jeju selama enam tahun. “Kami menganggap diri kami sebagai bagian dari laut karena kami membenamkan diri ke dalam air dengan tubuh kami sendiri,” jelas dia. (Red DN)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.