Diskursus Network – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah lembaga negara di Indonesia yang mewakili kepentingan daerah. Anggotanya berasal dari berbagai provinsi di Indonesia dan dipilih melalui pemilihan yang berbeda dengan anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Konstitusi Indonesia memberikan wewenang khusus kepada DPD untuk memperjuangkan kepentingan daerah dalam proses legislatif. Anggota DPD di berbagai belahan negara biasa disebut senator.
Pada pemilihan umum (Pemilu) 2024 rakyat Indonesia dibuat heboh dengan melesatnya nama Alfiansyah Bustami Komeng sebagai DPD Jawa Barat, sosok sang komedian hadir di surat suara dengan foto ‘nyeleneh’ justru berhasil menarik perhatian pemilih.
Data real count KPU di situs pemilu2024.kpu.go.id, suara terkumpul dari 70.884 TPS atau 50,47% dari seluruh TPS di Jabar, Komedian Komeng sudah meraih 1.432.850 suara (12,24 persen) raihan suara ini belum seberapa dibanding Senator Jabar sebelumnya, Pelawak Oni Suwarman alias A Oni SOS. 2 periode menjabat sebagai Senator Jabar, Oni meraup 4 Jutaan suara pada Permilu 2019, dan 2 juta suara pada Pemilu 2014.
Baca juga: Sepak Terjang Komeng Hingga 1 Langkah Lagi Menjadi Senator Jabar
Jadi, kehadiran komedian di dunia politik bukan barang baru, dalam dunia politik yang sering kali serius dan tegang, kehadiran DPD atau senator komedian telah menjadi sebuah fenomena yang menarik perhatian banyak orang. Di berbagai belahan dunia, tokoh-tokoh dari dunia hiburan, khususnya komedian, telah berhasil melangkah ke arena politik dengan meraih posisi sebagai anggota senat. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang fenomena ini, menganalisis peran senator komedian dalam politik, serta mengeksplorasi implikasinya terhadap proses politik dan masyarakat secara umum.
Sejarah Senator Komedian
Pada banyak negara, sejarah politik telah dicatat dengan kehadiran tokoh-tokoh dari dunia hiburan yang terjun ke dunia politik formal.
Contoh pertama yang patut disebutkan adalah Beppe Grillo di Italia, yang mendirikan Partai Lima Bintang (M5S) dan berhasil meraih posisi signifikan dalam politik Italia.
Dia adalah seorang komedian, aktor, dan aktivis politik asal Italia. Grillo adalah pendiri Partai Lima Bintang (M5S), sebuah partai politik populis yang didirikan pada tahun 2009. Partai ini menggunakan platform online dan media sosial untuk mengorganisir pendukungnya dan mengadvokasi reformasi politik di Italia. Grillo sendiri tidak menjabat sebagai anggota Senat karena dia dilarang karena hukuman pidana.
Di Amerika Serikat, Al Franken adalah contoh lainnya, yang terkenal sebagai komedian dan kemudian terpilih sebagai senator dari negara bagian Minnesota.
Al Franken adalah seorang komedian, penulis, dan pembawa acara televisi Amerika Serikat yang terkenal sebelum terjun ke dunia politik. Franken terpilih sebagai Senator AS dari negara bagian Minnesota pada tahun 2008 dan menjabat sampai tahun 2018. Sebelum terpilih menjadi senator, Franken terkenal karena kiprahnya dalam acara komedi seperti “Saturday Night Live”.
Baca juga: 4 Nama Populer Berpotensi Duduki DPD Jabar Berikut Tugas dan Wewenangnya
Kedua tokoh dunia ini menunjukkan, bahwa ada pergeseran dalam politik di mana tokoh-tokoh dari latar belakang hiburan bisa meraih sukses dalam dunia politik formal. Meskipun kehadiran senator komedian bisa menjadi bahan perdebatan, namun mereka juga membawa pengalaman dan pandangan yang unik ke dalam proses legislatif. Lalu, bagaimana Komeng bisa terpilih bahkan Oni bisa bertahan 2 periode menjabat dengan suara yang signifikan.
Mengapa Senator Komedian Terpilih?
Salah satu faktor yang mendorong terpilihnya senator komedian adalah popularitas dan pengaruh mereka di kalangan masyarakat.
Kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik dan mempengaruhi opini publik melalui kehadiran di media massa memberikan keunggulan tersendiri.
Baca juga: 6 Caleg DPD RI Mantan Napi Tidak Diloloskan KPU
Selain itu, beberapa dari mereka juga menggunakan humor dan kecerdasan untuk membawa perubahan dalam politik, menghadirkan kesegaran dan keceriaan di tengah suasana politik yang serius.
Peran Senator Komedian dalam Politik
Senator komedian sering kali membawa perspektif unik dan tidak konvensional ke dalam proses legislatif.
Mereka sering memperjuangkan isu-isu yang terabaikan atau dianggap tabu oleh politisi tradisional, serta menggunakan kehadiran publik mereka untuk memperjuangkan keadilan sosial dan politik.
Dengan latar belakang mereka dalam hiburan, senator komedian juga memiliki kemampuan untuk mendekatkan politik kepada masyarakat dengan cara yang lebih mudah dipahami dan diakses.
Implikasi Politik dan Sosial
Kehadiran senator komedian dapat mengubah dinamika politik secara signifikan, baik dalam hal retorika politik maupun substansi kebijakan.
Di satu sisi, mereka dapat membawa semangat baru dan ide-ide segar ke dalam arena politik, yang dapat membantu meremajakan dan memperkaya diskusi politik.
Baca juga: Hadiri Sarasehan DPD RI, Anies Baswedan Bicara Soal Keadilan dan Kesetaraan
Namun, di sisi lain, ada juga risiko bahwa politik menjadi terlalu dipersonalisasi dan kurang serius jika terlalu banyak tokoh hiburan yang terjun ke dunia politik.
Tantangan dan Kritik
Senator komedian sering kali dihadapkan pada tantangan untuk membuktikan kompetensi dan keberpihakan politik mereka di tengah skeptisisme dari kalangan politisi tradisional.
Mereka juga dapat menjadi sasaran kritik karena dianggap tidak serius atau tidak memadai dalam menjalankan tugas-tugas politik mereka.
Dengan demikian, peran senator komedian dalam politik adalah fenomena yang menarik dan kompleks yang menawarkan berbagai implikasi bagi proses politik dan masyarakat secara umum. Meskipun ada tantangan dan kritik, kehadiran mereka dapat membawa warna dan keberagaman ke dalam arena politik, serta menginspirasi perubahan yang positif dalam sistem politik yang kadang-kadang kaku dan kaku. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melihat mereka dengan sikap terbuka dan menganalisis kontribusi mereka secara obyektif dalam pembentukan masa depan politik yang lebih inklusif dan dinamis. (DN)