Debat Capres Ke-1 : Ketika Etik Dipertanyakan dan Berlanjut Pasca Debat

oleh -0 Dilihat
debat capres
Jurnalis Senior, Yasmin Muntaz saat menjadi host sinear Open Minded, Diskursus Net

Diskursus Network – Dalam debat Capres perdana, Anies Baswedan gaspol sejak sesi pertama dengan menyentil Gibran ketika mengkontradiksikan : di saat ada milenial menjadi Cawapres, di luar sana banyak anak muda yang berhadapan dengan kekerasan ketika mengkritik Pemerintah. Anies juga menyoroti hukum yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas, serta penegasan bahwa Indonesia adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan (machtstaat).

Namun ada pro dan kontra ketika Anies menghadirkan ayah almarhum Harun Al Rasyid. Prabowo Subianto bernarasi keberhasilan Pemerintah dan komitmen pemberantasan korupsi sampai ke akarnya. Ganjar Pranowo ke luar dari narasi keberlanjutan atau perubahan (seperti yang sebelumnya disampaikan oleh Mahfud MD). Ia lebih banyak membahas soal pelayanan publik.

Dalam penyampaian visi misi, Ganjar menggunakan gaya bercerita (story telling), berbeda dengan dua Capres lainnya. Gaya story telling membuat penyampaian visi misi Ganjar kurang to the point. Kalau di dunia pemberitaan, yang disampaikan Ganjar ibarat soft news dengan pendekatan human interest. Hal itu bagus, namun menurut Saya lebih tepat diterapkan pada saat closing statement. Idealnya, visi misi bertempo cepat serta disampaikan secara sistematis dan ‘menggigit’ sejak awal, ibarat hard news.

Ganjar juga tidak lagi mengkritisi masalah hukum, karena Cawapresnya Mahfud MD, merupakan Menkopolhukam yang sedang menjabat. Ganjar sebelumnya memberi skor 5 penegakan hukum di era Presiden Jokowi. Kritik tersebut memang seperti menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Dari sisi ketepatan substansi dan cara penyampaian, Anies unggul di sesi pertama.

Hal-Hal Non Substansi Dalam Debat Capres Pertama

debat capres
Debat Capres Pertama Pilpres 2024

Saya ingin lebih dulu membahas hal yang non substansi, di sesi pertanyaan panelis. Di awal sesi kedua, Anies tampak minim membangun kontak dengan lawan bicara ketika diminta menanggapi dan banyak melihat ke depan (ke camera/ke panelis). Sedangkan 2 Capres lainnya, tertangkap camera melakukan eye contact ke lawan bicara (Capres yang akan ditanggapi). Kondisi ini terjadi di sesi kedua dan pada saat Anies menanggapi. Sedangkan pada saat ditanggapi dan juga di sesi selanjutnya, Anies sudah lebih banyak melihat lawan bicaranya. Yang saya sampaikan ini adalah yang nampak di layar. Dalam beberapa kali menanggapi, Anies seperti bukan sedang menanggapi. Ia seolah ingin memberi jawaban versinya kepada panelis atas  pertanyaan untuk Capres lain. Ini menurut saya kurang pas.

Baca juga: Faizal Assegaf Kritisi Penampilan Capres di Debat Perdana

Di awal sesi dua, Prabowo terkesan ingin membangun aliansi dengan Ganjar (mungkin karena menganggap sebagai sesama Capres yang awalnya dipersepsikan sebagai ‘all the Presidents’s men‘ alias ‘orangnya Jokowi’). Namun di sisi lain, Ganjar memang sudah diprediksi juga akan menyerang Prabowo. Ia memulainya dengan bertanya soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK), namun ditegur moderator karena belum saatnya sesi tanya jawab. Padahal, nenurut catatan Saya, itu adalah pertanyaan ketiga yang muncul dalam sesi pertanyaan panelis.

Namun baru ketika bertanya soal putusan MK-lah, moderator menegur Capres. Kritik untuk moderator agar tegas sejak awal dan jangan baru menertibkan saat ada pertanyaan yang sulit. Jika memang belum sesi bertanya, Capres pun bisa diminta moderator untuk tidak menanggapi. Di sesi pertanyaan panelis, Ganjar unggul dari sisi gesture, serta lugas dan fokus dalam menjawab dan menanggapi. Dari sisi substansi, Anies unggul.

Materi Subtansi Dalam Debat Capres Pertama

debat capres
Debat Capres Pertama Pilpres 2024

Di sesi tanya jawab, jawaban Anies kurang to the point (lugas), saat menjawab pertanyaan Prabowo soal polusi. Jawaban yang kurang lugas tersebut, kemudian ‘ditangkap’ oleh Prabowo untuk ‘attacking‘ soal angin dan hujan ketika menanggapi jawaban Anies. Ketika meresponse  tanggapan Prabowo, Anies mengawali dengan : “inilah bedanya bicara berdasarkan fiksi, dibandingkan bicara berdasarkan data”. Padahal, tanpa mengawali dengan sentilan soal fiksi, meng-counter dengan gaya Anies yang elegan, terasa lebih pas. Daripada menyindir Prabowo bicara berdasarkan fiksi, lebih pas dengan : bicara tanpa data.

Sejak berstrategi mengurangi serangan terhadap Jokowi, Ganjar diprediksi akan bertanya soal Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Anies. Dan ternyata benar. Anies memilih menjawab soal IKN secara diplomatis dan tidak terjebak untuk menjawab dengan jawaban tertutup : ya atau tidak. Kali ini ketidaklugasan Anies diaplikasikan  menjadi jawaban yang diplomatis dan tepat dari perspektif hukum (dari sisi kelemahan proses lahirnya UU IKN).

Seperti yang sudah diduga, Prabowo diserang dengan pertanyaan terkait pelanggaran HAM dan Putusan MK yang memberi karpet merah untuk Gibran.  Walaupun 2 pertanyaan tersebut sudah dapat diprediksi, sayangnya Prabowo masih terlihat tidak siap, baik secara substansi jawaban, maupun dalam mengatur emosi. Ketika ditanyakan perasaannya terhadap Putusan Majelis Kehormatan MK (MKMK) oleh Anies, Prabowo menangkisnya dengan dalih bahwa Putusan MK bersifat final (dan mengikat), sehingga ia hanya tinggal melaksanakan saja. Yang melanggar etik (Ketua MK) sudah dihukum bersadarkan Putusan MKMK. Jadi tidak ada masalah etik, jika akhirnya diputuskan untuk tetap maju bersama Gibran sebagai Cawapresnya. Namun ketika menjawab ke Ganjar soal putusan MK, Prabowo seolah ambigu soal tidak adanya intervensi. Di kedua jawaban tersebut, narasi Prabowo kurang lebih sama : “kita tahu sama tahulah” dan “jangan seperti anak kecil” (yang menunjukkan ketidaksiapan dalam menjawab pertanyaan yang sudah diprediksi).

Baca juga: Profil 11 Panelis Debat Pertama Capres Pilpres 2024

Pertanyaan soal pelanggaran HAM dan soal makam para korbannya, menjadi best moment Ganjar. Ketika menjawab pertanyaan tersebut, alih-alih menjawab secara tegas, Prabowo malah menyebut nama  politisi partai Demokrat Andi Arief, yang dulu menjadi korban penculikan dan kini duduk di barisan pendukungnya. Juga nama Budiman Sujatmiko yang dulu menjadi tahanan politik (tapol). Prabowo bahkan menyebut bahwa saat ini juga banyak orang hilang (yang tentu saja jauh berbeda dengan konteks pelanggaran HAM berat).  Prabowo terlihat tidak siap meng-counter pertanyaan yang disebutkan sendiri olehnya sebagai pertanyaan klasik 5 tahunan. Di acara debat kali ini, Prabowo juga banyak membela Presiden Jokowi, sehingga patut dipertanyakan : apakah Prabowo sedang mengkampanyekan dirinya sendiri atau berkampanye untuk Presiden Jokowi?

Sapaan Prabowo ke Anies dengan intonasi khusus : Mas Anies..Mas Anies..terasa kurang proper karena intonasinya terkesan meremehkan (underestimate). Prabowo seolah ingin menunjukan superior terhadap Anies, namun tidak demikian halnya terhadap Ganjar. Terkesan diskriminatif karena tidak mendudukkan dua lawan bicara secara setara. Bahkan ketika menanggapi  jawaban Anies soal oposisi, Prabowo membawanya ke wilayah personal dengan bicara : “Saya mendukung Anda” , “Anda ke rumah Saya” dan seterusnya. Anies pun langsung menyerang balik dengan mengatakan : “Pak Prabowo tidak tahan menjadi oposisi”. Moment ini merupakan salah satu best moment Anies. Di sesi tanya jawab, menurut Saya posisi Anies dan Ganjar seimbang.

Closing Debat Capres Pertama

debat capres
Debat Capres Pertama Pilpres 2024

Closing statement Anies yang ditutup dengan : Wakanda No More, Indonesia Forever, merupakan best moment lainnya dan menjadikan kemenangan debat ini milik Anies. Sayangnya, bahkan pengamat pun, masih ada yang melenceng memaknai kalimat tersebut. Latar belakangnya adalah karena banyak netizen menyebut negara Wakanda (negara dari film Black Panther) untuk mengganti kata Indonesia ketika mengkritik Pemerintah. Selama itu terjadi, (menurut Anies) demokrasi kita tidak baik-baik saja. Ke depan, harapannya tidak perlu lagi menggunakan kata Wakanda di medsos (no more Wakanda), ketika hendak mengkritik Pemerintah. Itulah maknanya. Jadi bukan : Anies tidak ingin Indonesia musnah seperti Wakanda (menurut seorang pengamat di TV).

Baca juga: Tema Debat Kedua Jadi Isu Presiden Jokowi di Acara Apeksi

Saya menganggap Anies unggul dalam debat kali ini karena dalam beberapa kali dipojokkan Prabowo, ia mampu menjawab, bahkan melakukan serangan balik. Sedangkan Ganjar, karena posisinya relatif ‘aman’, amunisinya belum ke luar maksimal. Dalam debat pertama ini, posisi Ganjar terkesan diuntungkan sebab relatif minim serangan menohok dari Capres lain. Ganjar seolah diposisikan sebagai ‘kawan bersama’. Sehingga secara keseluruhan, Ganjar  terlihat paling santai. Sedangkan sebagai kandidat yang sudah beberapa kali ikut Debat Capres, walau nampak ada ketulusan seorang prajurit, performance Prabowo justru di bawah Capres lainnya.

Prabowo beberapa kali seolah kehabisan kata, sehingga sudah berhenti bicara meski masih banyak waktu. Namun di sisi lain, Prabowo seolah bermasalah dengan waktu, karena kehabisan waktu atau terlihat tak sabar untuk menjawab sebelum waktunya. Prabowo jelas terlihat lebih fokus menyerang Anies ketimbang Ganjar dengan beberapa ungkapan verbal yang terkesan  mendiskreditkan seperti intonasi sapaan : Mas Anies..Mas Anies.. Prabowo juga beberapa kali kedapatan menampilkan ekspresi seolah meledek dan bisa dikategorikan sebagai bullying ketika Anies bicara.  Pertanyaan Anies soal pelanggaran etik yang mewarnai putusan MK, ternyata masih disentil Prabowo  beberapa hari kemudian di luar arena debat dengan melontarkan : “Ndasmu etik”. Lontaran tersebut seolah menjadi puncak ledekan Prabowo terhadap Anies (sebagai sesama Capres) dan mestinya tidak terjadi lagi dalam debat mendatang, maupun sesudahnya.

Penulis: Yasmin Muntaz

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.