Begini Sejarah Kebaya di Indonesia Beserta Jenis dan Ragamnya

oleh -0 Dilihat
Begini Sejarah Kebaya di Indonesia Beserta Jenis dan Ragamnya
Foto: Canva

Jakarta- Sejarah kebaya di Indonesia ternyata cukup panjang dan dimulai sejak sekitar abad ke-15 atau ke-16 Masehi. Selama ini, kamu mungkin mengira bahwa kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa dan Sunda. Namun ternyata, baju adat asli kedua suku ini bukanlah kebaya.

Menurut para ahli, kebaya Indonesia adalah baju yang diadopsi dan diadaptasi oleh warga pribumi dari para saudagar yang berdagang di nusantara. Hingga saat ini, model kebaya terus berkembang sehingga terciptalah kebaya modern yang sesuai dengan trend maupun kebutuhan masyarakat.

Sejarah Kebaya Indonesia

Kebaya Indonesia secara umum memang diadopsi oleh para wanita Jawa pada zaman dahulu. Namun, penggunaan kebaya sebenarnya tidak terbatas pada mereka saja. Kebaya menyebar ke seluruh nusantara sehingga ragam kebaya menjadi bermacam-macam tergantung suku dan lokasinya. Bagaimana sejarah baju kebaya di Indonesia ini dimulai?

• Asal-Usul
Setidaknya terdapat dua pendapat mengenai asal-usul kebaya Indonesia. Beberapa ahli sejarah kebaya berpendapat bahwa nama baju tradisional ini berasal dari kata caba yang merupakan sebutan untuk baju tunik panjang atau jubah yang dipakai bangsa Arab.

pakaian
Foto: Canva

Selanjutnya, para saudagar Portugis mengadopsi kata caba menjadi cabaya dan menyebarkan penggunaan istilah ini di nusantara. Sehingga, pribumi menyebutnya kebaya. Para ahli yakin bahwa para saudagar Arab lah yang memperkenalkan kebaya kepada para pribumi Indonesia. Perkembangan agama Islam di nusantara juga berpengaruh pada adopsi kebaya menjadi pakaian wanita pribumi.

Sebelum abad ke-15 atau ke-16 Masehi, pakaian wanita Jawa umumnya berupa kemben dan kain jarik. Pakaian ini tentu dinilai kurang sopan dalam Islam. Sehingga, mereka kemudian memakai kebaya di atas kemben mereka. Pendapat lain mengatakan bahwa kebaya berkaitan dengan tunik panjang yang dipakai oleh para wanita Cina pada zaman Dinasti Ming. Pengaruh pakaian ini mulai masuk ke nusantara saat bangsa Cina berbondong-bondong bermigrasi ke Indonesia.

• Penyebaran Kebaya
Sejarah kebaya menyebutkan bahwa caba pertama kali dipakai oleh bangsa Arab. Selanjutnya, melalui perdagangan, sebagian bangsa India juga mengadopsi pakaian ini. Dahulu, tunik panjang ini hanya boleh digunakan oleh bangsawan India, Persia, dan Pakistan.

Ketika pelaut Portugis singgah di India pada tahun 1540-an, mereka diperkenalkan dengan cabaya oleh pembesar India. Pelaut dan saudagar Portugis yang berkedudukan tinggi kemudian juga mengadopsi pakaian ini.

Selanjutnya, mereka menyebarkan kebaya ke nusantara saat berdagang dengan pribumi. Beberapa ahli berpendapat bahwa Portugis mulai memperkenalkan kebaya di Malaka pada tahun 1500-an hingga 1600-an. Meski demikian, pendapat lain mengatakan bahwa para pedagang dari Arab dan Mesir merupakan orang-orang yang menyebarkan kebaya ke berbagai pulau di Asia Tenggara pada tahun 1600-an.

• Pemakaian Kebaya Pada Zaman Dahulu
Di Pulau Jawa, bentuk kebaya paling awal dapat ditemukan di Kerajaan Majapahit. Pada saat itu, hanya permaisuri dan selir raja saja yang boleh mengenakan pakaian ini.

Zaman Dahulu
Foto: Canva

Pada masa penjajahan Belanda, wanita Belanda yang ada di nusantara juga memakai kebaya. Sementara itu, wanita pribumi hanya diperbolehkan mengenakan pakaian tradisional mereka, yaitu kemben. Namun, pada abad ke-19, kebaya mulai digunakan oleh masyarakat luas di Jawa. Baik wanita Belanda yang tinggal di pulau ini, bangsawan, maupun petani memakai kebaya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Yang membedakan kebaya bangsawan dan petani hanyalah kain yang digunakan. Kebaya para petani umumnya terbuat dari kain sederhana dan hanya dikancingkan dengan jarum. Namun, kebaya bangsawan terbuat dari kain mewah, misalnya beludru, sutra, dan brokat. Selain itu, kebaya bangsawan biasanya dikancingkan menggunakan bros.

Jenis Kebaya

Secara umum, kebaya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu kebaya tradisional dan modern. Tiap jenis kebaya ini memiliki ragam yang berbeda.

• Kebaya Tradisional
Kebaya tradisional bisa dikatakan sebagai kebaya asli karena belum mengalami banyak perubahan. Dalam sejarah kebaya, kebaya tradisional bisa dilihat pada foto-foto wanita Jawa di masa penjajahan. Kebaya tradisional umumnya memiliki lengan panjang dan panjang baju sedikit di bawah pinggul. Beberapa ragam kebaya yang termasuk kebaya tradisional adalah kebaya kutu baru dan kebaya kartini.

• Kebaya Modern
Kebaya modern memiliki desain yang sedikit berbeda dari kebaya tradisional karena telah mengalami perkembangan. Beberapa kebaya modern juga mengalami akulturasi dengan budaya lain. Sehingga, beberapa elemen kebaya tidak terlihat lagi.

Sehingga, beberapa kebaya modern berlengan pendek, tidak memiliki bukaan depan, atau panjangnya hampir mencapai lantai. Sejarah perkembangan kebaya modern terbilang dinamis. Sehingga, kebaya yang sedang trend saat ini mungkin tidak lagi disukai di tahun berikutnya.

Ragam Kebaya di Berbagai Suku di Indonesia

Seperti yang telah disebutkan dalam sejarah kebaya, kebaya disebarkan ke berbagai pulau di Asia Tenggara, terutama Indonesia oleh saudagar dan pelaut dari berbagai negara. Sehingga, ragam kebaya di Indonesia pun berbeda-beda, tergantung suku dan wilayah.

Pakaian bali
Foto: Canva

Di Pulau Jawa saja, kamu bisa menemukan beberapa ragam kebaya. Selain itu, ada pula suku atau wilayah lain yang juga memiliki tradisi memakai kebaya pada perayaan tertentu. Berikut ini beberapa ragam kebaya di Indonesia.

1. Kebaya Kutu Baru
Kebaya klasik ini memiliki ciri khas berupa kain penutup segi empat di antara dua lipatan kain pada bagian depan. Konon katanya, kebaya kutu baru berasal dari Jawa Tengah. Kebaya ini bisa dibuat dari kain sutra, lurik, brokat, dll.

2. Kebaya Kartini
Kebaya kartini memiliki tampilan seperti kebaya yang dipakai Kartini. Umumnya kebaya ini memiliki dua lipatan depan yang menyatu tanpa kain penutup. Selain itu, kebaya kartini biasanya juga berwarna putih dan memiliki desain sederhana.

3. Kebaya Janggan
Meski kebaya janggan tidak sepopuler kebaya kutu baru dan kebaya kartini, tapi sejarah kebaya janggan ternyata dimulai sejak masa Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1800-an, istri Pangeran Diponegoro memakai kebaya janggan untuk menyembunyikan keris. Kebaya ini memiliki potongan leher tinggi sehingga menutup leher pemakainya. Ciri khas lain dari kebaya janggan adalah kancingnya miring dan warna kainnya hitam.

4. Kebaya Encim
Kebaya encim merupakan kebaya modern dan pakaian adat wanita Betawi. Baju adat Betawi ini dipengaruhi oleh budaya Betawi, Melayu, dan Cina. Sehingga, kebaya encim juga sering disebut kebaya peranakan. Kebaya encim biasanya berwarna cerah dengan bordiran bunga-bunga pada ujung kain bagian depan. Selain itu, kebaya encim umumnya tidak dibuat dari kain menerawang.

5. Kebaya Sunda
Tampilan kebaya Sunda hampir sama seperti kebaya kartini. Namun, warna kebaya ini umumnya cerah, misalnya biru, ungu, merah, dll. Selain itu, kebaya Sunda memiliki aksen hiasan di sepanjang dua lipatan depan.

6. Kebaya Bali
Wanita Bali biasanya mengenakan kebaya dalam berbagai upacara adat atau keagamaan. Kebaya Bali umumnya terbuat dari kain brokat dengan potongan pas badan. Selain itu, wanita Bali biasanya menalikan selendang pada pinggang mereka ketika memakai kebaya ini.

7. Kebaya Laboh
Kebaya Laboh merupakan kebaya Melayu khas Riau. Sekilas, baju kebaya ini seperti baju kurung karena panjangnya sampai bawah lutut. Meski panjang, kebaya ini hanya memiliki tiga hingga lima buah kancing. Sehingga, bagian bawah kebaya ini terbelah dan melebar.

Kebaya laboh biasanya dipadukan dengan kain batik sebagai bawahan dan tudung kepala atau kerudung. Pada acara-acara tertentu, seperti pernikahan, wanita Riau akan menyematkan beberapa keronsang (semacam bros) untuk mempercantik kebaya mereka.

Sejarah kebaya di Indonesia sudah dimulai sejak lima abad yang lalu, tepatnya sekitar abad ke-16. Menurut sejarah, kebaya berasal dari pakaian Arab yang diadopsi oleh masyarakat pribumi Indonesia. Baju adat ini tidak hanya ditemukan di Pulau Jawa saja tapi juga di Pulau Sumatera dan Pulau Bali.(Red DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.