Rumah Adat Banten: Filosofi, Ciri Khas & Gaya Arsitektur

oleh -0 Dilihat
Rumah Adat Banten
image: pewartanusantara

DiskursusNetwork – Rumah adat Banten adalah salah satu identitas budaya yang terus dijaga hingga saat ini. Banten merupakan sebuah provinsi yang terletak di sebelah barat pulau Jawa. Provinsi ini termasuk dalam salah satu wilayah yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia.

Masyarakat asli Banten adalah suku baduy yang terbagi menjadi 2 jenis, yakni baduy dalam dan baduy luar. Suku baduy dalam masih memegang erat kebudayaan dan tidak terpengaruh dengan kehidupan yang modern. Bahkan, pakaian yang mereka kenakan pun hanya boleh berwarna hitam atau putih.

Sementara itu, baduy luar sudah membuka diri dan bisa menerima perubahan ke arah yang lebih modern, seperti beradaptasi dengan kehadiran teknologi informasi maupun komunikasi. Adapun pakaiannya tetap hitam dan putih, namun sudah ditambah dengan kain sarung batik berwarna biru.

Rumah Adat Banten Sulah Nyanda

Rumah Adat Banten Sulah Nyanda
image: majalahteras

Masyarakat Banten khususnya suku baduy mendiami rumah adat yang memiliki sebutan yaitu Sulah Nyanda. Kata Nyanda diambil dari Bahasa Sunda yang berarti sikap bersandar dengan posisi yang tidak lurus. Kata ini merujuk pada bentuk atap dari rumah adat suku baduy.

Selain Sulah Nyanda, rumah adat tersebut juga mendapat julukan lain yaitu Imah. Secara umum, rumah adat Sulah Nyanda menggambarkan sifat asli masyarakat baduy yang penuh dengan kesederhanaan. Dalam pembangunan rumah tersebut, masyarakat selalu mengutamakan sistem gotong royong.

Artinya, jika terdapat salah satu masyarakat yang akan membangun rumah, maka yang lain dengan senang hati akan datang untuk membantu hingga prosesnya selesai. Berdasarkan fungsinya, Sulah Nyanda juga digunakan sebagai tempat berlindung seperti rumah-rumah pada umumnya.

Rumah adat khas Banten ini biasanya dibangun dengan luas sekitar 100 m – 120 m. Namun, terdapat beberapa aturan tersendiri dalam pembangunan rumah adat sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat. Misalnya, rumah adat hanya bisa dibangun dengan 2 arah, yaitu ke selatan atau utara.

Filosofi Rumah Adat Banten

Setiap rumah adat dalam suatu daerah memiliki filosofi tersendiri. Hal ini disebabkan karena pembangunan rumah memang harus mempertimbangkan berbagai aspek dalam kehidupan. Untuk Sulah Nyanda, filosofi pembangunannya cukup berbeda dengan rumah adat di wilayah lain.

Suku baduy adalah salah satu suku yang selalu berkomitmen untuk melestarikan alam. Oleh karena itu, masyarakat menggunakan sistem arsitektur Vernakular di bangunannya. Arsitektur ini identik dengan keramahannya terhadap lingkungan dengan menggunakan konsep ekologis.

Bahan-bahan yang digunakan dalam membangun rumah adat adalah alami yang diambil langsung dari alam sekitar. Masyarakat baduy tidak menggunakan bahan kimia modern sama sekali dalam Sulah Nyanda. Dengan demikian, rumah adat bisa menjadi sangat ramah lingkungan.

Ciri Khas Rumah Adat Banten

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan rumah adat Sulah Nyanda memiliki filosofi yang kuat. Filosofi tersebut dapat tergambarkan secara langsung dengan melihat bentuk rumah adat. Nah, berikut ini terdapat beberapa ciri khas yang dimiliki oleh rumah adat khas Banten.

1. Bentuk Rumah Panggung Tidak Menyentuh Tanah

Aturan pertama bagi masyarakat suku baduy dalam membangun rumah adalah berbentuk rumah panggung yang tidak menyentuh tanah. Tujuannya adalah sebagai tempat perlindungan diri dari serangan hewan buas sekaligus aman terhadap bencana alam, seperti banjir.

Agar tidak menyentuh tanah, Sulah Nyanda harus ditopang dengan tiang. Bagian bawah tiang juga biasanya ditambah dengan batu-batuan sebagai alas. Konsep rumah panggung ini dibuat dengan celah dibawahnya yang cukup rendah berbeda dan tidak bisa diakses oleh manusia.

2. Menggunakan Bahan Alami

Konsep ramah lingkungan yang diusung oleh masyarakat baduy dalam rumah adat terlihat pada bahan-bahan yang digunakan. Dalam hal ini, semua bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rumah diambil langsung dari alam yang di sekitar. Mulai dari tiang, rangkai lantai, dinding, hingga atap.

Bahkan, rumah adat khas Banten dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali. Masyarakat baduy menggunakan pasak untuk menghubungkan bagian-bagian rumah. Meskipun demikian, kekuatan pasak tergolong kuat karena mampu merekatkan setiap bagian rumah tanpa terlepas.

Selain itu, rangka lantai Sulah Nyanda juga terbuat dari bambu. Agar aman digunakan, bagian atasnya ditutup kembali dengan bambu pecah yang diratakan. Adapun dinding dari rumah adat ini juga dibuat dengan menggunakan anyaman bambu dengan model anyaman kepang.

3. Tanpa Jendela

Jendela bagian celah rumah yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara maupun sinar matahari. Keberadaan jendela dapat membuat rumah menjadi lebih sejuk dan sehat.

Uniknya, rumah adat khas Banten dibangun tanpa jendela pada seluruh bagian dinding.

Meskipun demikian, rumah Sulah Nyanda tetap terasa sejuk dan teduh untuk dihuni. Hal ini tidak terlepas dari pemilihan bahan-bahan alami pada seluruh rangka rumah adat Banten.

Jadi, kamu tidak perlu heran saat berkunjung ke rumah masyarakat baduy yang tidak memiliki jendela sama sekali.

4. Atap Menggunakan Ijuk dan Bambu

Atap rumah masyarakat baduy memiliki ciri khas tersendiri, yaitu terbuat dari kayu. Adapun rangka penutupnya dibuat dari bambu yang dianyam sedemikian rupa. Selain itu, juga terdapat bahan lain yang umum digunakan dalam atap Sulah Nyanda yakni daun nipah.

Penggunaan daun tersebut dapat berfungsi sebagai penutup rumah sekaligus menciptakan suasana menjadi lebih sejuk. Proses pembuatan atap rumah masyarakat baduy dilakukan secara bertahap dan hanya akan dibangun jika seluruh bahan yang dibutuhkan sudah tersedia dengan lengkap.

Arsitektur Rumah Adat Banten

Mengenal rumah adat Sulah Nyanda tidak akan lengkap tanpa mengetahui bagaimana arsitekturnya. Rumah adat ini memiliki pondasi yang terbuat dari batu besar yang utuh. Batu tersebut digunakan sebagai landasan tiang penopang bangunan dan memang sengaja untuk tidak dipecah.

Tiang-tiang rumah terbuat dari kayu yang dipasang menggunakan sistem pasak tanpa paku. Rangka lantai dibuat dari bambu yang dilengkapi dengan tikar pandan sebagai alas duduk. Bagian dinding juga terbuat dari bambu yang dianyam dengan motif secara vertikal atau kepang.

Untuk bagian bawah dinding sengaja dianyam dengan lebih rapat sementara bagian atasnya tergolong sedikit longgar. Tidak hanya itu, rangka atap rumah adat Sulah Nyanda terbuat dari kayu dan ditutup dengan daun nipah agar bisa menahan terik matahari, angin, maupun tetesan air hujan.

Bagian Ruangan Rumah Adat Banten

Sama halnya dengan rumah-rumah modern saat ini, Sulah Nyanda juga dibangun dengan beberapa bagian ruangan. Mulai dari seroso (teras), tepas (ruang keluarga), ipah (tempat untuk menyimpan makanan), serta leuit (tempat menyimpan hasil bumi).

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya, salah satunya dengan rumah adat. Setiap provinsi memiliki rumah adat dengan ciri khas yang unik dan berbeda-beda. Sama halnya dengan Banten, juga memiliki rumah adat yang dihuni masyarakat baduy sejak dulu.

Rumah adat Banten berbentuk panggung yang tidak menyentuh tanah. Masyarakat baduy selalu berusaha untuk menjaga lingkungan, termasuk dalam membangun rumah. Hal inilah yang membuat rumah adat mereka semuanya menggunakan bahan-bahan dari alam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.