Pasukan Israel Melakukan Kekerasan di Beberapa Rumah Sakit di Gaza, Memicu Kecaman Luas.

oleh -0 Dilihat
Gaza
komplek rumah sakit di Gaza yang dikepung tentara Israel

Jakarta – Peristiwa tragis di Rumah Sakit al-Shifa, Gaza, menggarisbawahi ketegangan dan krisis kemanusiaan yang mendalam di wilayah tersebut. Serangan pasukan Israel yang menyebabkan ribuan orang terjebak, termasuk staf medis dan pasien, telah memicu kecaman internasional dan memperlihatkan dampak langsung konflik terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

Pasukan Israel mengepung rumah sakit terbesar di Gaza ini, dengan alasan bahwa lokasi tersebut digunakan oleh Hamas untuk aktivitas militer, suatu klaim yang dibantah keras oleh pihak rumah sakit dan Hamas. Menurut laporan Al Jazeera, lebih dari 20 pasien meninggal akibat pemadaman listrik yang mengakibatkan peralatan medis penting tidak berfungsi

EL PAÍS melaporkan suasana tegang dan putus asa di dalam rumah sakit, di mana para pasien dan staf hanya bisa berdoa di tengah serangan. Ketidakmampuan untuk memberikan perawatan medis yang memadai, ditambah dengan kekurangan pasokan medis, makanan, dan air, telah mengubah al-Shifa menjadi simbol penderitaan akibat konflik berkepanjangan di Gaza.

Konsekuensi serangan ini tidak hanya terbatas pada korban jiwa, tetapi juga pada penghancuran infrastruktur medis yang vital. Kerusakan pada unit radiologi, unit luka bakar, dan unit dialisis menunjukkan tingkat kehancuran yang parah, menurut Hamas. Keadaan ini meningkatkan risiko kesehatan bagi seluruh populasi di wilayah tersebut, terutama bagi mereka yang bergantung pada perawatan rutin dan kritis.

Baca juga: Laporan Hari Pertama Ramadan di Gaza 2 Bayi dan 1 Wanita Meninggal Kekurangan Gizi

Pada hari Minggu, dalam sebuah operasi yang mengejutkan, pasukan Israel menargetkan Rumah Sakit Al-Amal dan Al-Nasser di Khan Yunis, yang berada di selatan Gaza. Penyerangan ini terjadi bersamaan dengan pengepungan Rumah Sakit Al-Shifa, yang telah berlangsung selama seminggu penuh.

Tanggal 24 Maret 2024 menjadi saksi pasukan Israel yang memblokade Rumah Sakit Al-Nasser dan Al-Amal, dengan serangan udara yang terus menerus menerjang Khan Yunis.

Keberadaan pasukan dan kendaraan militer Israel yang mengepung rumah sakit pada hari Minggu menjadi perhatian serius.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengungkapkan bahwa Rumah Sakit Al-Amal dikelilingi oleh kendaraan lapis baja Israel yang juga melakukan penggalian besar-besaran di sekitar area rumah sakit pada hari Minggu.

Gaza
Nour Al-Huda, seorang anak di Rumah Sakit Kamal Adwan di utara Gaza menderita dehidrasi dan malnutrisi akibat perang kelaparan yang dilakukan Israel (Mousa Salem)

Tim PRCS menghadapi risiko tinggi dan terhambat pergerakannya. Mereka juga mengalami kesulitan untuk menguburkan jenazah salah satu staf mereka, Amir Abu Eisha, yang meninggal akibat serangan Israel di dekat rumah sakit Al-Amal.

Kondisi di Rumah Sakit Al-Amal, serta di rumah sakit lain di Gaza, menjadi tempat perlindungan bagi ribuan pengungsi. PRCS melaporkan bahwa terjadi cedera kepala terhadap salah satu pengungsi di rumah sakit tersebut. Tuntutan agar semua orang di dalam rumah sakit meninggalkan gedung tanpa membawa apa pun disampaikan melalui drone yang dilengkapi pengeras suara. Bom asap juga diluncurkan ke rumah sakit, dan tentara menutup fasilitas dengan gundukan tanah.

Saksi mata mengungkapkan kepada kantor berita WAFA bahwa serangan udara intens terfokus di selatan dan timur Kompleks Medis Nasser, serta di sekitar Batn as-Samin. Serangan artileri dan tembakan dari helikopter serta drone terjadi tanpa henti, menyebabkan beberapa orang gugur dan banyak yang terluka.

Baca juga: Krisis Kelaparan di Gaza Semakin Parah, Ini Akar Penyebab dan Solusi yang Bisa dilakukan

Khan Yunis terus mengalami pemboman besar-besaran pada 24 Maret 2024, menyusul serangan udara yang hebat sehari sebelumnya.

Dalam serangan udara Israel di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina terperangkap, sebuah rumah diserang dan mengakibatkan tujuh orang meninggal, menurut pejabat kesehatan.

Tindakan keras terhadap Rumah Sakit Al-Amal dan Al-Nasser oleh pasukan Israel pada tahun ini dan akhir tahun 2023 merupakan bagian dari kampanye yang dilakukan terhadap fasilitas medis di Gaza sejak perang dimulai.

Pengepungan Rumah Sakit Al-Shifa oleh Israel selama seminggu telah menimbulkan situasi yang sangat mengkhawatirkan, dengan laporan tentang kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan lainnya.

Jamila al-Hassi, seorang perempuan pengungsi di kompleks Rumah Sakit Al-Shifa, menyampaikan kepada Al-Jazeera kondisi mengerikan yang mereka hadapi, tanpa akses makanan atau air selama berhari-hari, dan pemaksaan terhadap keluarga untuk meninggalkan area tersebut.

Baca juga: Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Genosida di Gaza

Tentara Israel merilis foto yang menampilkan individu yang diduga terkait dengan Hamas, namun kemudian mengakui adanya ‘kesalahan manusia’ dalam penerbitan beberapa foto tersebut.

Serangan terhadap Rumah Sakit Al-Shifa menambah daftar panjang aksi kekerasan yang terjadi, memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.

Kecaman internasional datang dari berbagai pihak, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang eskalasi kekerasan dan implikasinya terhadap warga sipil. Dengan lebih dari separuh rumah sakit di Gaza kini tidak berfungsi akibat konflik, kerusakan, atau kekurangan, kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut mendekati titik kritis.

Seruan untuk solusi damai dan dialog terus mengemuka, dengan harapan mengakhiri siklus kekerasan yang telah menyebabkan penderitaan yang tak terhitung bagi warga Gaza. Konflik ini menegaskan kembali pentingnya upaya internasional yang bersatu untuk mendukung resolusi yang adil dan berkelanjutan, yang menghormati hak asasi manusia dan martabat semua pihak yang terlibat.(DN)

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.