Satire Reza Indragiri: Anies Harus Bertanggung Jawab, Prabowo Jadi Bulan-bulanan Warga

oleh -0 Dilihat
Megawati
Psikolog Forensik Reza Indragiri dalam sinear Diskursus Net

Diskursus Network – Live Reaction Debat Calon Presiden (Capres) Kedua atau sesi Ketiga Pilpres 2024 Diskursus Network menghadirkan 2 narasumber, Psikolog Forensik Reza Indragiri dan Diresktur Imparsial Gufron Mabruri. Dipandu Jurnalis Senior Yasmin Muntaz, sinear yang tayang di Channel Youtube Diskursus Net menampilkan sejumlah pernyataan bernas dari Reza Indragiri, yang menyatakan menurunkan level keilmuannya, menanggalkan atribut forensik.

Dalam Video Review usai debat sesi ketiga Reza Indragiri sebagai psikolog menilai debat capres dengan empat tolok ukur. Pertama, kesesuaian antara paparan dengan dokumen VMP.

Menurut Reza, Ganjar Pranowo (GP) mampu mempertontonkan kedahsyatannya, karena Bab pertahanan pada visi, misi dan programnya (VMP) memang lebih canggih. Ketimbang most valued possession (MVP) Anies Baswedan (ABW) apalagi MVP Prabowo Subianto (PS).

“ABW lebih helicopter view dan multiangle. Dia soroti masalah pertahanan dengan kacamata sosial. GP lebih concise, langsung menjawab tema debat. Dia bicara pertahanan dengan kacamata pertahanan,” komentar Reza.

Pandangan kedua narsum Ganjar dan Anies dinilai komplementer pada debat ketiga pilpres yang digelar KPU RI Minggu (07/01/2024) malam.

“ABW dominan mendestruksi PS dan menawarkan gagasan secukupnya. GP dominan menawarkan gagasan dan mendestruksi PS dengan kadar secukupnya,” ucapnya.

Penampilan Mendatangkan Manfaat Elektoral

Kedua, Reza menilai seberapa jauh penampilan akan mendatangkan manfaat elektoral.

Kata Reza studi menyebut, debat tidak terlalu berdampak bagi perpindahan suara. Debat lebih mengokohkan dukungan konstituen pada pihak yang telah dijagokannya sedari awal.

“Terlepas dari itu, andai terjadi pergeseran elektoral, tampaknya GP akan memperoleh peralihan suara dari capres lain. Namun, sebagaimana hasil studi tadi, jumlah peningkatan suara yang GP dapatkan tidak signifikan. Dan suara yang beralih ke GP datang dari mereka yang sebelumnya mendukung PS,” pungkas Master Forensik lulusan University of Melbourne ini.

Pemantik Situasi Teatrikal

Ketiga, Reza mengamati siapa yang mampu memantik situasi teatrikal di panggung debat.

Debat presidensial bukan UMPTN atau Sipenmaru. Debat capres mengandung drama. Kontroversi, emosi, uji nyali, semua harus diaktivasi. Debat semalam sudah semakin mengarah ke situ. Ewuh-pakewuh menipis, komunikasi langsung dan terbuka (frontal!) sudah lebih kasat mata. Yang lazim disebut sebagai “adat ketimuran” tidak lagi terkecap.

“Pada tolok ukur satu ini, penampilan busana GP memang paling atraktif. Jaket pesawat tempur benar-benar mewakili Ganjar dari sisi gestur dan tutur,” berkali-kali Reza Indragiri Amriel menyatakannya.

“Tapi teater yang sesungguhnya tercipta berkat ABW. Kombinasi antara intelektualitas dan brutalitas memperlihatkan sisi lain ABW, yakni betapa lihai dan kejamnya dia memeragakan negative campaign terhadap PS selaku Menhan,” ungkapnya.

Bedakan negative campaign dengan black campaign.

Ketika PS menyebut data ABW salah semua, PS ingin mengunci persepsi publik bahwa ABW memainkan black campaign. Itu berasosiasi dengan hasutan, kebohongan, fitnah, dan serba-serbi callousness lainnya.

Tapi karena sebatas menyanggah, tanpa menyajikan data tandingan, maka penilaian PS itu menjadi tak beralasan. Apalagi, ketika di-Google, angka-angka dan ilustrasi “ordal” (orang dalam) yang ABW lontarkan ternyata dengan mudahnya terkonfirmasi.

“Negative campaign alias kampanye yang berfokus pada sisi buruk lawan (namun berbasis data, bukan hoaks) yang ABW demonstrasikan, sangat berkelas. Dengan strategi itu, di debat sesi 3, ABW kian berhasil menunjukkan distinct position-nya bahwa ia oposan, ia perubahan,” ucap pria kelahiran 1974 ini.

GP memang berdiri di tengah-tengah. Tapi siapa pun bisa meramal: andai GP tak lolos ke putaran kedua Pilpres, kemana gerangan biduk akan dikayuhnya.

Seberapa Jauh Narasi Diamplifikasi Warga

Tolok ukur keempat yang Reza nyatakan, seberapa jauh narasi yang capres angkat di forum debat akan terus bergulir sebagai konten media sosial dan obrolan warganet.

“ABW dan GP berimbang. Tapi substansi dan sudut pandang ABW seolah mendatangkan musim panen raya bagi para content creator dan warganet,” tegasnya.

Reza tutup analisanya, “Dunia mengakui betapa buasnya digital natives Indonesia. Semalam, dalam waktu singkat pun masif bermunculan pendatang baru berupa cyber troops pangkat sersan dua. Siapa lagi yang mereka racik di alam maya, kalau bukan PS. Dan ingredients bagi racikan itu utamanya datang dari ABW. Berkat negative campaign-nya, ABW harus “bertanggung jawab” manakala PS menjadi bulan-bulanan para netizen hingga hari-hari ke depan.” (DN)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.