Ini 3 Pakaian Adat Kalimantan Utara yang Wajib Diketahui

oleh -0 Dilihat
Pakaian Adat Kalimantan Utara
image: pinhome

Diskursusnetwork.com – Pakaian adat Kalimantan Utara memiliki desain dan bentuk yang sangat menarik. Pakaian ini menjadi salah satu identitas kebudayaan yang dimiliki Kaltara.

Penggunaan baju adat biasanya dilakukan saat ada acara tertentu, misalnya pernikahan, penyambutan tamu, perayaan, dan acara adat lainnya.

Pada dasarnya, Kalimantan Utara (Kaltara) adalah provinsi yang baru diresmikan pada tahun 2012 lalu. Oleh karena itu, model rumah maupun pakaian adatnya terlihat lebih modern dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia. Meskipun demikian, tetap kental dengan unsur budaya.

Ciri khas dari baju adat Kaltara dipengaruhi oleh budaya serta kehidupan masyarakat setempat. Provinsi ini banyak didiami oleh masyarakat suku Dayak, Tidung, Jawa, Banjar, Bulungan, dan Kutai. Oleh karena itu, desain pakaian adatnya mengadopsi dari beberapa suku yang ada di daerah tersebut.

Pakaian Adat Kalimantan Utara

Secara umum, Kalimantan Utara memiliki 3 jenis pakaian adat, sapaq, ta’a, dan pakaian adat khusus suku Tidung. Setiap pakaian adat tersebut memiliki ciri khas, motif, warna, serta ornamen yang berbeda-beda. Adapun penjelasan lengkap tentang ketiga pakaian adat Kaltara yaitu sebagai berikut.

1. Sapei Sapaq

Sapei Sapaq
image: 99

Nama pakaian adat provinsi Kalimantan Utara yang pertama adalah Sapei Sapaq. Pakaian adat ini berasal dari suku Dayak Kenyah yang juga hidup di daerah Kalimantan Timur. Oleh karena itu, Sapei Sapaq juga dikenal sebagai pakaian adat timur.

Uniknya, pakaian adat ini hanya bisa digunakan oleh laki-laki. Pada awalnya, Sapei Sapaq hanya berupa kain selendang yang digulung lalu dililitkan agar berbentuk seperti celana dalam. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman akhirnya dimodifikasi menjadi celana pendek.

Celana tersebut kemudian dikenal dengan nama abet kaboq. Pengubahan model celana bertujuan agar penggunaanya menjadi lebih praktis sekaligus lebih bagus untuk dilihat. Bagian atas dari pakaian adat ini adalah rompi dengan tambahan aksesoris yang lengkap.

a. Aksesoris

Pada bagian pinggang pakaian adat Kalimantan Utara, disisipkan Mandau yang merupakan senjata tradisional dari suku Dayak. Selain itu, pria juga akan melengkapi penampilan dengan membawa sebuah perisai. Di bagian leher, juga digunakan kalung sebagai aksesoris tambahan.

Kalung tersebut terbuat dari biji-bijian, tulang hewan, maupun taring hewan yang dibuat sedemikian rupa hingga tetap unik untuk digunakan. Setiap aksesoris yang digunakan pada Sapei Sapaq mencerminkan budaya atau kehidupan suku Dayak.

b. Motif dan Fungsi

Motif dari pakaian adat khas Kalimantan Utara Sapei Sapaq cukup bervariatif. Motif harimau dan burung enggang biasanya digunakan oleh para bangsawan. Sementara itu, motif tumbuhan untuk rakyat biasa. Sapei Sapaq umumnya digunakan pada acara pernikahan, festival, atau upacara adat.

2. Ta’a

pakaian adat Ta’a
image: kompas

Jika Sapei Sapaq digunakan khusus laki-laki, maka Ta’a khusus untuk perempuan. Pakaian adat ini terbuat dari kain beludru yang berwarna hitam. Pemilihan kain berwarna hitam merupakan ciri khas dan akan cocok dipadupadankan dengan berbagai pernak-pernik maupun hiasan.

a. Komponen

Baju Ta’a terdiri dari beberapa komponen utama. Bagian atasnya berupa rompi tanpa lengan yang dikenal sebagai Sapei Inoq. Sementara itu, bagian bawahnya terdapat rok dengan motif serta warnanya yang sama dengan atasan. Untuk menambah kesan cantik, gunakan penutup kepala.

Bagian penutup kepala ini biasanya dibuat dengan motif burung enggang. Selain itu, penutup kepala juga dapat terbuat dari daun pandan yang disebut sebagai Da’a yang sering digunakan oleh orang tua. Penampilan wanita juga akan dilengkapi dengan kalung, gelang, hingga anting-anting.

b. Motif

Secara umum, pakaian adat Kalimantan Utara Ta’a memiliki 3 jenis motif, yaitu enggang, tumbuhan, dan hewan. Motif tersebut tidak bisa digunakan secara sembarangan karena menunjukkan strata sosial. Misalnya, motif harimau dan enggang untuk perempuan bangsawan.

Sementara itu, untuk perempuan yang merupakan keturunan rakyat biasa harus menggunakan pakaian adat dengan motif tumbuhan. Untuk motif rok, akan dibuat dengan perpaduan beberapa warna yang mencolok, seperti merah, hijau, putih, dan biru.

3. Pakaian Adat Suku Tidung

Baju adat khas Kalimantan Utara yang terakhir adalah dari suku Tidung. Seperti yang diketahui, suku ini adalah salah satu suku yang hidup di Kalimantan Utara dan sebagian lainnya tinggal di Sabah, Malaysia. Sebagian besar masyarakat suku Tidung memeluk agama Islam.

Suku ini pun diketahui memiliki pakaian adat sendiri yang dibedakan atas beberapa jenis. Misalnya, kurung buntut dan pelimbangan adalah pakaian adat yang umum digunakan sehari-hari. Kemudian, pakaian adat yang digunakan khusus untuk acara resmi atau acara adat lain adalah Selampoy.

Selain itu, Sina Branti merupakan pakaian adat yang digunakan oleh para pengantin. Umumnya, baju adat suku Tidung berwarna orange atau kuning dengan tambahan sedikit warna merah di bagian dada. Pengantin pria biasanya menggunakan celana panjang dan balutan kain songket setinggi lutut.

Adapun pengantin wanita akan menggunakan bawahan full kain songket hingga ujung kaki. Pakaian adat suku Tidung ini juga akan dilengkapi dengan penutup kepala yang berfungsi sebagai mahkota yang dikenal dengan nama Tandung Gulung.

Keunikan Pakaian Adat Kalimantan Utara

Sama halnya dengan pakaian adat di daerah lain, Kalimantan Utara juga memiliki keunikannya sendiri. Pakaian adat di provinsi ini, terlihat berbeda dari segi bentuk, penggunaan warna, aksesoris, hingga fungsi. Adapun uraian terkait keunikan dari pakaian adat Kaltara adalah sebagai berikut.

1. Menggambarkan Strata Sosial Masyarakat

Masyarakat suku Dayak Kenyah memiliki baju adat dengan nama Sapei Sapaq (untuk laki-laki) dan Ta’a (untuk perempuan). Kedua baju ini memiliki motif yang mampu menggambarkan strata sosial orang yang menggunakannya. Jadi, orang lain bisa menilai strata sosial dari baju yang digunakan.

Pakaian adat yang bermotif harimau atau burung enggang hanya digunakan oleh masyarakat yang memiliki keturunan bangsawan. Adapun bagi masyarakat biasa bisa menggunakan pakaian adat Kalimantan Utara yang bermotif tumbuh-tumbuhan.

2. Bentuk Cinta Terhadap Alam

Suku Dayak dikenal sangat mencintai alam sekitar. Masyarakat suku ini sangat menjaga kondisi alam yang juga diwujudkan dalam pembuatan pakaian adat. Komponen-komponen dari pakaian adat Kaltara terbuat dari bahan-bahan alami. Mulai dari bawahan, atasan, penutup kepala, hingga aksesoris.

Misalnya, rompi atau atasan yang terbuat dari kulit kayu. Selain itu, aksesoris yang digunakan juga terbuat dari bulu burung, biji-bijian, tulang, atau taring hewan. Untuk mewarnai setiap komponen pakaian adat pun memanfaatkan pewarna alami.

3. Setiap Warna Memiliki Makna Tertentu

Pakaian adat di Kalimantan Utara memiliki warna-warna yang cukup terang. Mulai dari merah, hijau, kuning, putih, maupun biru. Setiap warna tersebut ternyata memiliki makna tersendiri bagi masyarakat, diantaranya:

– Warna merah : Semangat hidup yang menyala
– Warna biru : Harapan akan sumber kekuatan yang selalu ada (tidak pernah habis)
– Warna putih : Keyakinan terhadap sang pencipta dan kesucian
– Warna kuning : Kesakralan dan keagungan
– Warna hijau : Intisari alam semesta beserta isinya

Kalimantan Utara memiliki kebudayaan yang sangat menarik untuk dipelajari. Masyarakat yang hidup di provinsi ini terdiri dari berbagai suku, seperti Dayak, Tidung, Jawa, dan lain-lain yang memiliki ciri khas masing-masing. Ciri khas tersebut kemudian mempengaruhi kebudayaan, terutama pakaian adat.

Nama pakaian adat Kalimantan Utara ada 3, yakni Sapei Sapaq, Ta’a, dan baju adat khusus suku Tidung. Uniknya, pakaian adat tersebut tidak bisa digunakan oleh semua orang, melainkan ditentukan berdasarkan gender dan status sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.