Bandar Lampung – Semua orang di dunia ini pasti menginginkan kehidupan yang layak, tapi tidak semua orang beruntung mendapatkan hidup yang serba berkecukupan. Rahmat salah satu orang yang masih terus bekerja keras di usianya yang sudah menginjak angka 65 tahun. Meskipun cuaca dalam kondisi buruk, dirinya tetap berdagang menjajakan kacang rebus dan jagung rebus.
Bapak dengan empat orang anak dan dua orang cucu ini, masih terus bertahan hidup dengan menjajakan dagangannya. Berperinsip tidak ingin meminta-minta, dirinya tetap bersabar menunggu pembeli dagang untuk membeli satu jagung rebus.
Rahmat yang ditemui pada hari Selasa (31/5/2022), mengatakan setiap harinya selalu berdagang di pinggir Jalan Teuku Umar didepan Tugu Juang, berangkat berdagang dari rumahnya yang berada di Gang Pasir gitung pukul 14.00 WIB.
Dirinya pun biasa manggal berjualan jagung dan kacang rebur menggunakan gerobak dorong hingga larut malam atau biasanya sampai pukul 23.00 WIB. Setiap hari dibantu anaknya mendorong gerobak ke lokasi berdagang.
Diakuinya pekerjaan ini sudah dilakoninya sejak 20 tahun lalu, Rahmat pun dirumah tinggal bersama anak dan cucunya.
“Anak saya sebenarnya ada lima, yang satu anak pertama sudah meninggal. Saya di rumah bersama anak-anak dan cucu”, kata Rahmat.
Awal berjualan, ketika mantan presiden ke dua Republik Indonesia lengser. Karena mengalami kebangkrutan karena dampak krisis moneter saat itu akhirnya membuka usaha ini.
“Sebelumnya saya usaha kredit barang atau pun lainnya. Karena krisis moneter saat itu, membuat usaha saya bangkrut,” ucapnya.
Setelah keadaan Negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi akhirnya Rahmat memutuskan berjualan jagung rebus dengan gerobak keliling Kota Karang pada tahun,
“Daripada anak tidak makan lebih baik saya cari usaha lain dan nemu ide berjualan jagung rebus,” ungkapnya.
Di awal berjualan jagung dengan harga Rp.5000 dapat tiga sampai dengan sekarang tiga jagung di dengan harga Rp.10.000. Untuk kacang harganya Rp.5000 perporsi atau mangkok kecil dan perkilonya kacang rebus di bandrol dengan harga Rp.25.000.
Bahan-bahan tersebut membeli di tempat langganannya. Untuk stok sendiri bisa menghabiskan 20 sampai 30 kilo perharinya.
Di tahun-tahun pandemi COVID-19 tahun 2020 Rahmat tidak berjualan sama sekali malah ia menjadi ojek, saat itu ia memutar haluan lantaran adanya peraturan di larang berdagang karena akan menimbulkan kerumunan.
“Saat menjadi ojek omzet perharinya tidak menentu kadang dapat 70 ribu kadang 50 ribu bahkan tidak ada sama sekali di setiap harinya,” terangnya.
Saat tahun 2021 kemaren baru berdagang kembali jualan jagung rebus dan kacang rebus dengan omzet setiap hari RP150 ribu sampai Rp250 ribu perharinya. (Liting)