Petani Tadah Hujan di Lampung Pakai Listrik, Panen Diperkirakan Lebih Banyak

oleh -4 Dilihat
IMG 20211107 WA0031

Bandar Lampung – Puluhan hektar sawah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan kini sudah tidak lagi mencemaskan ketersediaan air. PLN Peduli telah menjawab kegundahan yang dialami mayoritas petani yang kendalanya sama, yaitu pengairan sawah.

Suparmin, Ketua Kelompok Tani Tunas Baru mengatakan, mayoritas petani sebelumnya menerapkan sawah tadah hujan yang memang mengandalkan air hujan.

Lanjut Dia, sebenarnya di desa itu sudah ada sarana pengairan sawah yang dibangun oleh pemerintah pada beberapa tahun yang lalu. Namun, dikarenakan kondisi geografis sawah milik Suparmin dan anggota kelompoknya lebih tinggi dari sumber air, sarana pengairan itu belum optimal menjangkau seluruh sawah yang ada terutama milik anggota kelompok tani yang dipimpinnya.

“Bisa saja jika kami pakai sumur bor besar bantuan pemerintah, namun biaya operasional kami bertambah banyak, kami harus gunakan mesin genset, harus beli solar supaya air sampai disawah kami dan itu juga menghabiskan waktu karna harus ditunggu,” ujarnya.

Sebelumnya PLN Peduli telah membangun sarana pengairan tersebut berupa pembuatan 15 titik sumur bor beserta mesin pompa listriknya. Pemanfaatan energi listrik pada teknologi pertanian, tentunya membawa manfaat positif bagi kesejahteraan petani.

Ada dua keuntungan yang didapat oleh para petani dari penerapan mesin pompa listrik ini. Seperti panen bisa 2 kali dalam satu tahun dan biaya solar mesin genset diesel dapat ditekan.

Untuk mengairi sawah dengan menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar, membutuhkan biaya sebesar Rp1,6 juta per hektar, dari awal tanam hingga panen.

Sedangkan jika dibandingkan dengan pengairan sumur bor yang menggunakan pompa listrik PLN, biaya yg dikeluarkan untuk mengairi sawah tidak lebih dari Rp 400 ribu per hektar dari awal tanam hingga panen.

“Untuk satu kali mengairi sawah per hektar, kami mengeluarkan biaya sebesar Rp 840 ribu, sedangkan dari tanam hingga panen kami butuh air sebanyak 2 kali, ya lumayan banyak lah kalau bagi kami,” tukasnya.

Sementara, General Manager PLN UID Lampung, I Gede Agung Sindu Putra mengatakan bahwa program Electrifiying Agriculture yang dilaksanakan PLN Peduli merupakan komitmen PLN untuk mendukung peningkatan produksi pertanian.

Terlebih, menurutnya, Provinsi Lampung telah menyandang predikat sebagai peringkat pertama penghargaan Abdi Bakti Tani 2021 dari Kementerian Pertanian RI pada September 2021 lalu.

Penghargaan tersebut diberikan karena Provinsi Lampung dinilai telah mampu meningkatkan produksi pangan khususnya pada produksi padi.

“Sesuai dengan misi PLN, hadirnya energi listrik yang murah dan ramah lingkungan, diharapkan dapat menjadi media dalam peningkatan kualitas kehidupan masyarakat serta menjadi pendorong kegiatan ekonomi,” pungkas I Gede dalam siaran pers yang diterima Jumat (12/10/2021. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.