Kritik Terhadap Kurikulum Merdeka: 13 Alasan Ketidaksiapan Implementasi Nasional

oleh -0 Dilihat
kurikulum merdeka
Pemerhati Pendidikan Doni Koesoema A

Jakarta – Doni Koesoema A, seorang dosen di Universitas Multimedia Nusantara dan pemerhati pendidikan, menyampaikan pandangannya terhadap Kurikulum Merdeka yang baru saja memiliki peraturan resmi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek). Ia memaparkan 13 alasan kritis yang menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka belum layak diberlakukan secara nasional, yang terangkum dalam edisi terbaru dari rubrik “Tanya Pak Doni Saja.”

Menurut Doni, angka partisipasi 300 ribu sekolah yang diklaim telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka bukanlah alasan yang cukup untuk mengjustifikasi pemberlakuannya secara nasional.

“Praktik ini berpotensi mendistorsi nilai-nilai Pancasila melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang termuat dalam kurikulum tersebut,” papar Doni.

Salah satu kritik utama yang disampaikan adalah masih padatnya konsep materi esensial dalam Kurikulum Merdeka. Doni Koesoema menyoroti bahwa belum adanya perubahan signifikan dalam materi tersebut. Selain itu, kebijakan promosi otomatis semua siswa naik kelas dianggap akan menurunkan etos belajar para siswa.

Baca juga: Universitas Negeri Jakarta Klarifikasi Kasus Penipuan Program Magang Internasional di Jerman

Doni juga menekankan pentingnya asesmen objektif oleh lembaga mandiri untuk mengukur keberhasilan implementasi kurikulum. Ia menyampaikan keprihatinan bahwa selama tiga tahun penerapan Kurikulum Merdeka, hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2023 Indonesia masih tergolong rendah dan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti.

Lebih lanjut, ia juga mengkritik pemilihan nomenklatur “Kurikulum Merdeka” yang menurutnya mencerminkan visi sempit pembuat kebijakan dan lebih mengutamakan legasi kelompok tertentu daripada komitmen kebangsaan jangka panjang.

Pernyataan kritis ini diharapkan bisa membuka dialog lebih lanjut mengenai kebijakan pendidikan di Indonesia dan mendorong Kemdikbudristek untuk mengevaluasi serta memperbaiki elemen-elemen kurikulum yang dinilai belum siap untuk diimplementasikan secara luas.(DN)

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.