Cerita Sutradara Tentang Kisah Penyintas Kekerasan Seksual yang Sabet 12 Piala Citra di ajang FFI

oleh -3 Dilihat
WhatsApp Image 2019 12 08 at 19.48.13
Film "Penyalin Cahaya" meraih 12 Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2021.

Diskursus Network-Wregas Bhanuteja merupakan sutradara mudah berusia 29 tahun yang berhasil mengantarkan film “Penyalin Cahaya” meraih 12 Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2021.

Penyalin Cahaya merupakan film panjang pertama yang disutradarai Wregas Bhanuteja, setelah sebelumnya ia hanya mengarahkan film-film pendek, seperti “Lemantun” (2014) dan “Prenjak” yang membuatnya menjadi sutradara Indonesia pertama yang memenangkan penghargaan Cannes Film Festival untuk film pendek itu.

“Penyalin Cahaya” sendiri ia garap di tengah pandemi, bersama dengan para pemain dan kru yang semuanya orang Indonesia.

“Ini adalah awal baru meskipun film ini lahir di tengah pandemi, namun kami bisa melewati dengan baik. Tantangan apa pun ke depannya kita pasti bisa lalui juga,” ujar pria asal Yogyakarta itu.

Di sisi lain, “Penyalin Cahaya” menceritakan seorang sarjana universitas tahun pertama, Sur, pergi ke pesta untuk pertama kalinya dalam hidupnya untuk merayakan pencapaian Mata Hari, grup teater universitas tempat Sur menjadi sukarelawan sebagai perancang web.

Hidup benar-benar berubah untuk Sur setelah dia bangun keesokan paginya. Dia kehilangan beasiswa dan diusir oleh keluarganya setelah selfie-nya beredar secara online.

Khawatir bahwa dia mungkin menjadi bahan lelucon oleh anggota senior Mata Hari, Sur mencari bantuan dari teman masa kecilnya, Amin, yang bekerja dan tinggal di toko fotokopi dekat kampus.

Bersama-sama, di toko, mereka mencoba menemukan kebenaran tentang selfie dan tentang malam di pesta dengan meretas ponsel siswa.

Wregas mengatakan, ia membuat cerita ini didasari dari kisah para penyintas kekerasan seksual untuk mendapatkan keadilan dan tempat guna menyelesaikan masalah itu.

“Basis utamanya adalah peristiwa kekerasan seksual ketika penyintas tidak mendapatkan tempat untuk speak up dan keadilan dalam mengurus kasus yang ia alami. Cerita-cerita tersebut saya rangkai dalam genre suspense, guna mencari misteri siapa pelakunya,” kata Wregas.

Ia menambahkan, film ini akan dirilis pada Januari 2022 di layanan streaming (over the top / OTT). Menurutnya, layanan streaming memberikan ruang yang lebih luas lagi untuk menyampaikan pesan tentang kekerasan seksual yang ia angkat.

“Film ini mengandung statement kuat untuk empowering para penyitas kekerasan seksual, dan menyebarluaskan pesan untuk kita sama-sama melawan, mengingat kekerasan seksual tidak hanya terjadi di Indonesia,” ujarnya. (Red, DN)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.