Dampak Kebijakan Moneter Amerika terhadap Indonesia
Menurut Hamdani, kebijakan moneter Amerika memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia, khususnya melalui nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Penurunan nilai tukar Rupiah, yang telah melemah menjadi sekitar 16.200 per dolar, menyebabkan kekhawatiran, terutama karena ini terjadi sebelum konflik terbaru antara Iran dan Israel. Dalam kondisi seperti ini, asumsi makroekonomi yang telah diletakkan pemerintah untuk tahun 2024, yang mengasumsikan nilai tukar di kisaran 15.000 Rupiah per dolar, mungkin perlu direvisi.
Baca juga: Perbandingan Kekuatan Militer Iran VS Israel, Hikmahanto: Imbang
Dengan nilai tukar yang melebihi ekspektasi, terdapat potensi besar bahwa asumsi makroekonomi lainnya juga akan terkoreksi. Namun, disamping ketidakpastian ini, terdapat indikator positif lainnya.
“Inflasi Indonesia masih terjaga di angka rendah (2.6%), jauh di bawah angka inflasi Amerika yang berada di atas 3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tercatat positif, dengan pertumbuhan tahun 2023 yang mencapai 5.05%, dan target optimis 2024 di kisaran 5.2% hingga 5.6%,” paparan Ajib Hamdani dalam Sinear Open Minded yang disiarkan channel Youtube Diskursus Network
Strategi Mitigasi Menghadapi Ketidakpastian Global
Baca juga: Gempar Serangan Iran ke Israel, Perekonomian Indonesia Bisa Goyah?
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Hamdani menekankan pentingnya strategi mitigasi nasional yang fokus pada penguatan sektor-sektor ekonomi dalam negeri. Membangun nilai tambah pada komoditas unggulan Indonesia bisa menjadi langkah strategis untuk memperkuat ekonomi nasional. Selain itu, regulasi yang adaptif dan komprehensif juga sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam situasi yang tidak dapat diprediksi.
Dari sisi fiskal, tantangan tidak kalah berat. Dengan proyeksi utang baru sebesar 500 triliun Rupiah pada tahun 2024 untuk menutupi defisit anggaran, kondisi nilai tukar yang lemah akan membuat beban pembayaran utang dalam dolar AS semakin berat.
“Ini menuntut perencanaan yang matang dan kontingensi yang efektif untuk menghadapi potensi skenario terburuk,” katanya.
“Ketidakpastian global memerlukan respons yang cepat dan adaptif dari semua pihak, termasuk pemerintah dan pelaku usaha. Meski tantangan besar berada di depan, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat memberikan harapan bahwa dengan strategi yang tepat, negara ini mampu mengatasi hambatan dan memanfaatkan potensi ekonominya secara maksimal,” tutup ekonom yang aktif di berbagai organisasi pengusaha dan perpajakan ini. (DN)
Baca informasi menarik lainnya di Google Berita