Mengapa Wanita di Korea dan Jepang Enggan Menikah

oleh -0 Dilihat
wanita jepang
Wanita Jepang dan Korea Cenderung Enggan Menikah Karena Faktor Sosial Dan Ekonomi

Jakarta –  Fenomena penurunan angka pernikahan dan wanita yang enggan menikah di Korea Selatan dan Jepang telah menjadi perhatian utama bagi para peneliti dan pembuat kebijakan.

Beberapa faktor utama yang berkontribusi pada penurunan angka pernikahan di Korea Selatan dan Jepang adalah hasil dari kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan budaya.

Perubahan nilai-nilai generasi muda, tekanan karier, biaya hidup yang tinggi, stigma terhadap ibu bekerja, dan pengalaman negatif terhadap pernikahan adalah beberapa alasan utama mengapa banyak wanita di kedua negara ini memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan.

1. Tekanan Karier dan Pendidikan

Banyak wanita di kedua negara ini menempatkan pendidikan dan karier sebagai prioritas utama. Di Jepang, perempuan yang berfokus pada karier sering kali menghadapi dilema antara tetap bekerja atau berhenti bekerja setelah menikah atau memiliki anak karena norma sosial dan harapan tradisional​​. Menurut World Population review di Korea Selatan, peningkatan persaingan dalam pasar kerja juga membuat banyak wanita memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan untuk memastikan stabilitas finansial mereka terlebih dahulu.

2. Biaya Hidup yang Tinggi

Kenaikan biaya hidup, termasuk perumahan dan pendidikan, membuat pernikahan dan membangun keluarga menjadi semakin mahal. Berdasarkan Global data dan statistics banyak pasangan muda di Korea dan Jepang merasa tidak mampu secara finansial untuk menikah dan memiliki anak dalam kondisi ekonomi yang sulit​ . Hal ini diperparah oleh tuntutan budaya yang mengharapkan standar hidup tertentu setelah menikah, yang bisa membebani secara finansial.

3. Perubahan Nilai Sosial

Generasi muda di kedua negara cenderung mengadopsi nilai-nilai yang lebih individualistis dan tidak lagi melihat pernikahan sebagai tujuan utama dalam hidup mereka. Menurut Euronews Mereka lebih menghargai kebebasan pribadi dan kesempatan untuk mengejar minat serta passion mereka tanpa terikat oleh kewajiban pernikahan.

Baca Juga: Hari Baik Untuk Melangsungkan Pernikahan Menurut Islam dan Tradisi Jawa

4. Stigma terhadap Ibu Bekerja

Ada stigma sosial yang signifikan terhadap ibu yang bekerja di kedua negara ini. Di Jepang, banyak wanita merasa tertekan untuk memilih antara karier dan keluarga karena persepsi bahwa mereka tidak dapat menjalani keduanya dengan baik. Al Jazeera pernah melakukan penelitian bahwa  di Korea, meskipun ada kemajuan dalam kebijakan kesetaraan gender, tetap ada ekspektasi kuat bahwa wanita akan mengambil peran utama dalam pengasuhan anak​

5. Pengalaman Negatif dengan Pernikahan

Beberapa wanita muda melihat pengalaman negatif dari generasi sebelumnya yang mungkin mengalami pernikahan yang tidak bahagia atau dibebani oleh peran tradisional yang tidak seimbang. Global data dan statistics mengungkapkan hal ini mempengaruhi pandangan mereka terhadap institusi pernikahan dan membuat mereka lebih berhati-hati atau skeptis​. (DN-Kabs)

Dapatkan Informasi Lainnya Dari Diskursus Network Melalui Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.