Kenali DBD Lebih Detil Dari Pencegahan Hingga Pengobatan

oleh -0 Dilihat
DBD

Diskursus Network – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini seringkali menimbulkan gejala demam tinggi secara mendadak, nyeri kepala, nyeri pada sendi dan otot, ruam, dan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan perdarahan, penurunan jumlah trombosit, dan syok yang bisa berujung pada kematian.

Mengingat dampaknya yang serius, penting untuk memahami cara antisipasi, penanganan, dan penggunaan obat alternatif dalam menghadapi DBD.

DBD

Membedakan bintik merah akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) dan mengenali gejalanya merupakan langkah penting dalam diagnosis dini dan penanganan yang tepat. Bintik merah pada DBD, seringkali disebut sebagai petekie, merupakan salah satu tanda klasik dari penyakit ini, namun bintik merah bisa juga muncul akibat berbagai kondisi kesehatan lain.

Berikut adalah cara untuk membedakan bintik merah DBD dan mengenali gejalanya:

DBD

Membedakan Bintik Merah DBD

  1. Lokasi dan Penyebaran: Bintik merah akibat DBD biasanya muncul pada bagian bawah tubuh seperti kaki dan perut, tetapi juga bisa menyebar ke seluruh tubuh. Bintik-bintik ini cenderung kecil dan merata.
  2. Tekanan: Ketika ditekan, bintik merah akibat DBD tidak akan hilang atau memudar, berbeda dengan bintik merah yang disebabkan oleh alergi atau iritasi yang biasanya akan memudar ketika ditekan.
  3. Pendarahan Lain: Bintik merah pada DBD seringkali diikuti dengan tanda pendarahan lain seperti mimisan, gusi berdarah, atau pendarahan di bawah kulit yang lebih besar (ekimosis).

Mengenali Gejala DBD

Gejala DBD bisa berkisar dari ringan hingga parah dan biasanya mulai muncul 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala awalnya sering mirip dengan flu, tetapi bisa berkembang menjadi lebih serius. Beberapa gejala utama meliputi:

  1. Demam Tinggi Mendadak: Demam hingga 40°C (104°F) yang muncul secara tiba-tiba dan bisa berlangsung 2-7 hari.
  2. Sakit Kepala Berat: Terutama di area dahi.
  3. Nyeri di Belakang Mata: Nyeri ini bisa menjadi lebih parah ketika mata digerakkan.
  4. Nyeri Otot dan Sendi: Nyeri seringkali sangat parah hingga DBD disebut juga sebagai “demam patah tulang”.
  5. Lethargi atau Kelelahan: Penderita DBD sering merasa sangat lelah dan tidak bertenaga.
  6. Mual dan Muntah: Penderita bisa merasa mual dan muntah, terutama selama fase demam.
  7. Ruam: Ruam mungkin muncul beberapa hari setelah demam dimulai, biasanya dimulai di dada dan lengan bawah sebelum menyebar ke bagian tubuh lain.

Dalam kondisi DBD yang parah, gejala bisa berkembang menjadi demam berdarah dengue berat atau sindrom syok dengue, yang ditandai dengan perut yang sangat sakit, muntah terus-menerus, perdarahan yang cepat dari gusi atau hidung, darah dalam urin atau feses, dan kesulitan bernapas.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala-gejala ini, terutama setelah berada di area yang dikenal sebagai habitat nyamuk Aedes, segera cari bantuan medis. Pengenalan gejala yang tepat dan respons yang cepat sangat kritis dalam pengobatan DBD.

DBD

Antisipasi

Antisipasi terhadap DBD melibatkan serangkaian langkah pencegahan primer untuk memutus rantai penularan, antara lain:

  1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN): Melakukan pembersihan rutin pada tempat-tempat penampungan air untuk menghindari berkembangbiaknya nyamuk Aedes.
  2. Gerakan 3M Plus: Menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang dapat menjadi tempat penampungan air serta melakukan penggunaan larvasida.
  3. Penggunaan Kelambu dan Repelent: Penggunaan kelambu saat tidur dan repelent (obat nyamuk) saat beraktivitas di area rawan nyamuk.
  4. Pengaturan Sirkulasi Udara dan Cahaya: Nyamuk Aedes lebih menyukai tempat yang lembap dan kurang terkena sinar matahari, sehingga menjaga rumah agar tetap kering dan terang dapat mengurangi risiko.

Baca juga: Kasus DBD di Jaksel Naik, Maret Belum Berakhir Sudah Tercatat 221 Kasus

Penanganan

Penanganan DBD dilakukan berdasarkan tingkat keparahan gejalanya:

  1. Istirahat Cukup dan Konsumsi Cairan yang Banyak: Ini membantu mencegah dehidrasi dan mempercepat proses pemulihan.
  2. Konsumsi Parasetamol untuk Demam: Hindari penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen yang dapat meningkatkan risiko perdarahan.
  3. Pemantauan Rutin: Pemantauan terhadap tanda vital, jumlah trombosit, dan tanda peringatan dini syok dengue sangat penting dilakukan.
  4. Rawat Inap: Dalam kasus berat, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk pemberian cairan intravena dan pemantauan lebih intensif.

Obat Alternatif

DBD

Beberapa obat alternatif dan herbal diklaim dapat membantu dalam pemulihan DBD, meskipun penting untuk konsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya:

  1. Jus Daun Pepaya: Dipercaya dapat meningkatkan jumlah trombosit, namun perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efikasinya.
  2. Teh Guava: Kaya akan vitamin C dan antioksidan yang dapat membantu dalam pemulihan sistem imun.
  3. Kunyit: Memiliki sifat antiinflamasi yang bisa membantu meredakan gejala DBD.

Meskipun obat alternatif dapat membantu dalam proses pemulihan, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak menggantikan pengobatan medis yang telah terbukti efektif. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum mencoba obat atau terapi alternatif untuk menghindari potensi risiko dan interaksi dengan pengobatan lain yang sedang dijalani. Pencegahan tetap menjadi kunci utama dalam menghadapi DBD, mengingat belum ada vaksin yang secara luas tersedia untuk mencegah penyakit ini.(DN)

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.