5 Provinsi dengan Angka Stunting Tertinggi di Indonesia dan Penyebabnya!

oleh -0 Dilihat
5 Provinsi dengan Angka Stunting Tertinggi di Indonesia dan Penyebabnya!
Indonesia menjadi negara di urutan ke-4 dalam daftar negara yang menyumbang stunting terbesar di seluruh dunia.

Jakarta- Beberapa provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia menjadikan negara ini berada di urutan ke-4 dalam daftar negara yang menyumbang stunting terbesar di seluruh dunia. Tiga negara sebelumnya adalah India, Nigeria, serta Pakistan.

Stunting sendiri ditandai dengan tinggi atau panjang badan anak yang tidak mencapai standar. Stunting terjadi saat tinggi badan seorang anak ternyata tidak mencapai kurva pertumbuhan yang semestinya. Provinsi mana saja di Indonesia yang masih menyumbang angka stunting tertinggi?

Daftar Provinsi dengan Angka Stunting Tertinggi di Indonesia

Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai masyarakat yang tersebar luas di banyak pulau yang terbentang dari ujung timur hingga barat. Hal ini ternyata turut mempengaruhi penyebaran bahan makanan dan obat-obatan yang berdampak terhadap pemenuhan nutrisi setiap anak.

Salah satu dampak negatif yang muncul karena luasnya wilayah Indonesia adalah kebutuhan gizi anak yang tidak terpenuhi sehingga kasus stunting mulai mengalami pertumbuhan. Beberapa provinsi di bawah ini termasuk dalam wilayah dengan kasus stunting yang cukup tinggi.

1. Nusa Tenggara Timur
Posisi pertama ada Nusa Tenggara Timur dengan kasus stunting yang tertinggi, mencapai 35,3%. Meskipun masih memegang posisi teratas, prevalensi provinsi dengan stunting tertinggi ini sebenarnya mengalami penurunan.

Tahun sebelumnya, prevalensi kasus stunting yang terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur mencapai angka 37,8%. Dengan penurunan ini, diharapkan masyarakat Indonesia di wilayah NTT bisa memenuhi gizi anak dengan lebih maksimal, khususnya di tahun-tahun mendatang.

2. Sulawesi Barat
Posisi kedua dalam daftar provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia adalah Sulawesi Barat. Persentase balita stunting di wilayah Sulawesi barat tidak jauh berbeda dengan NTT, yaitu 35%. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak balita yang mengalami gangguan pertumbuhan.

Gangguan pertumbuhan serta perkembangan pada anak bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi yang berulang dan kekurangan gizi kronis. Kondisi irreversible ini bisa terjadi karena asupan nutrisi balita yang lemah.

3. Papua
Dengan prevalensi angka stunting di Indonesia sebesar 34,6%, Papua menempati peringkat ketiga dalam kasus gizi buruk tertinggi di negara ini. Bukan hanya angka stuntingnya saja yang tinggi, angka kemiskinan ekstrem di Papua juga masih cukup tinggi.

Kasus stunting di tanah Papua cukup bervariasi, berikut ini beberapa persentase kasus stunting di Papua.

• Asmat 54,5%
• Paniai 45,2%.
• Puncak Jaya 42,5%.
• Boven Digoel 37,2%.
• Intan Jaya 35,4%.
• Dogiyai 35,1%.
• Mimika 33%.
• Mappi 29,6%.
• Mamberamo Raya 29%.
• Keerom 25,9%.
• Sarmi 25,6%.
• Merauke 23,7%.
• Waropen 22,2%.
• Jayapura 20,2%.

Sebagai salah satu provinsi dengan angka penderita gizi buruk tertinggi di Indonesia, Papua menghadapi masa depan yang cukup suram. Jika terus berkelanjutan, anak-anak yang kekurangan gizi di wilayah Papua bisa mengalami berbagai dampak kesehatan.

Salah satu dampak kesehatan yang mengancam adalah gangguan metabolik yang bisa terjadi ketika anak sudah menginjak usia dewasa. Resiko penyakit seperti penyakit jantung, stroke, obesitas, diabetes, dan sebagainya akan menjadi ancaman serius di masa depan.

4. Nusa Tenggara Barat
Di posisi berikutnya, ada Nusa Tenggara Barat dengan kasus gizi buruk pada anak dan balita mencapai persentase 32,7%. Kasus semacam ini yang cukup tinggi memberikan dampak negatif terhadap kesehatan anak serta dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Dengan adanya kasus stunting tertinggi di berbagai wilayah Indonesia, kerugian yang muncul setiap tahun bisa mencapai 2% hingga 3% GDP. Pemerintah dan masyarakat sebaiknya memahami penyebab gizi buruk agar bisa menemukan solusi terbaik untuk pertumbuhan anak yang lebih sehat.

5. Aceh
Provinsi berikutnya yang turut menyumbang angka gizi buruk tinggi di wilayah Indonesia adalah Aceh, dengan persentase 31,2%. Angka stunting di beberapa wilayah Indonesia meroket tinggi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah ketidakpahaman orangtua.

Masih ada orangtua yang mengira bahwa anak dengan tubuh pendek bukan masalah besar karena disebabkan oleh faktor genetik. Kenyataannya, genetika menyumbang hanya sebagian kecil terhadap kondisi kesehatan anak.

Kenali Penyebabnya

Orangtua dan pemerintah, khususnya yang berada di provinsi dengan angka penderita gizi buruk tertinggi di Indonesia, wajib mencari tahu apa saja yang menjadi penyebab terjadinya gizi buruk pada balita dan anak. Beberapa penyebab paling utamanya antara lain:

1. Ibu hamil dengan asupan gizi rendah
World Health Organization menyatakan bahwa kurang lebih 20% kasus gizi buruk terjadi ketika anak masih berada di dalam kandungan. Penyebab utamanya adalah asupan gizi ibu hamil yang kurang memadai.

Ibu hamil yang kekurangan asupan gizi bisa mengalami anemia kekurangan zat besi. Sebagai dampaknya, pertumbuhan janin jadi ikut terhambat dan peringkat gizi buruk Indonesia pun ikut meroket. Ibu hamil wajib memastikan asupan nutrisinya sudah mencukupi untuk diri sendiri dan janin.

2. Ketidakseimbangan pola makan
Ketidakseimbangan pola makan seperti kurangnya konsumsi buah, sayur, serta sumber protein menjadi penyebab lain meningkatnya angka stunting di negara ini. Pola makan yang jauh dari kata seimbang tersebut bisa membuat anak gagal mendapatkan nutrisi penting.

Sebagai dampaknya, pertumbuhan optimal pun gagal tercapai. Selain itu, faktor genetik seperti tinggi badan ayah dan ibu serta konsumsi ikan juga bisa mempengaruhi risiko gizi buruk yang terjadi pada anak, khususnya balita.

3. Perawatan usai melahirkan kurang memadai
Bayi memang membutuhkan perawatan setelah dilahirkan ke dunia. Tapi, perawatan yang memadai juga sebaiknya diberikan kepada ibu setelah melahirkan. Tujuan perawatan ini adalah agar ibu mampu memberikan ASI yang cukup untuk bayi.

Pendidikan mengenai ASI masih sangat minim di beberapa provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. ASI sendiri sangat dibutuhkan untuk 1.000 hari pertama karena mampu memperkuat imunitas bayi.

Jika perawatan pasca melahirkan tidak diberikan secara intensif, ibu bisa mengalami kelelahan kronis, sindrom baby blues bisa terjadi, bahkan ibu bisa mengalami depresi pasca melahirkan.

4. Infeksi yang berulang
Anak dengan imunitas yang rendah dan lemah biasanya akan lebih mudah jatuh sakit. Jika anak sering sakit dan mengalami infeksi berulang, proses pertumbuhan anak lama kelamaan akan terhambat sehingga kasus gizi buruk pun akan terjadi.

Seringkali, kasus stunting di Indonesia disebabkan oleh kurangnya ASI yang berujung pada imunitas bayi yang lemah. Seandainya orangtua dan pemerintah bisa mengatasi faktor ini, kasus stunting bisa diatasi dan angka penderita gizi buruk bisa ditekan dan pertumbuhan anak akan lebih optimal.

5. Sanitasi kurang baik
Beberapa wilayah di Indonesia kesulitan mengakses air bersih. Anak yang pertumbuhannya terjadi di lingkungan dengan kondisi air dan sanitasi tidak layak akan terkena penyakit dengan sangat mudah. Jika akses ke pelayanan kesehatan juga rendah, infeksi berulang pun tidak tertangani dengan baik.

Dalam hal ini, pemerintah perlu memastikan bahwa setiap wilayah dengan kasus stunting yang tinggi sudah mendapatkan akses yang mudah ke air yang layak dan pelayanan kesehatan yang memadai. Dengan begitu, pertumbuhan yang sehat juga bisa terwujud.

Saat ini, ada 5 provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus. Meskipun persentase kasus penderita gizi buruk sudah menurun, angkanya masih tetap sangat tinggi. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu dan anak agar kasus gizi buruk bisa ditekan. (Red DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.