Filosofi di Balik Bubur Asyura: Tradisi 10 Muharam yang Terus Dilestarikan

oleh -0 Dilihat
bubur asyura
(sumber: www.sukabumiupdate.com)

Diskursus Network – Jakarta, Bubur Asyura bukan sekadar hidangan, melainkan sebuah simbol dan filosofi yang kaya akan makna sejarah dan spiritual.Setiap tanggal 10 Muharam dalam kalender Hijriyah, umat Islam di berbagai belahan dunia merayakan hari Asyura dengan berbagai tradisi unik yang berbeda di setiap daerah. Salah satu tradisi yang cukup populer di Indonesia adalah pembuatan bubur Asyura.

Asal Usul Sejarah Bubur Asyura

bubur asyura

Sejarah bubur Asyura dapat ditelusuri kembali ke masa Rasulullah SAW. Menurut berbagai riwayat, pertama kali dibuat oleh Nabi Nuh AS setelah banjir besar yang melanda dunia. Ketika banjir surut dan kapal Nabi Nuh mendarat di Bukit Judi, beliau mengumpulkan sisa-sisa makanan yang ada di kapal untuk dibuat menjadi satu hidangan. Makanan yang tersisa itu kemudian dimasak bersama-sama dalam satu panci besar, menghasilkan sebuah hidangan yang menyerupai bubur. Hidangan ini dikenal sebagai bubur Asyura, yang berarti “sepuluh” dalam bahasa Arab, merujuk pada tanggal 10 Muharam.

Tradisi dan Filosofi Bubur Asyura

bubur Asyura
(sumber: www.ajnn.net)

Pembuatan bubur Asyura bukan hanya tentang memasak, tetapi juga merupakan ritual yang penuh makna. Di berbagai daerah di Indonesia, dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat setempat. Setiap keluarga biasanya membawa bahan makanan yang ada di rumah mereka, seperti beras, kacang-kacangan, sayuran, dan rempah-rempah, untuk dimasak bersama. Proses memasak ini biasanya dilakukan di tempat-tempat ibadah atau lapangan terbuka yang dapat menampung banyak orang.

Filosofi dari pembuatannya mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur. Setiap bahan yang dimasukkan ke dalam bubur melambangkan keberagaman dan keberanian untuk berbagi. Dalam kehidupan sehari-hari, tradisi ini mengajarkan bahwa dalam kebersamaan, setiap perbedaan dapat disatukan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Hal ini juga mencerminkan pentingnya persatuan dan solidaritas dalam masyarakat.

Baca Juga 5 Bubur Ayam di Jakarta Paling Enak dan Bikin Ngiler

Selain itu, bubur Asyura juga dianggap sebagai simbol dari keberuntungan dan berkah. Masyarakat percaya bahwa dengan memakan bubur Asyura pada hari Asyura, mereka akan mendapatkan berkah dan dijauhkan dari bencana. Oleh karena itu, pembuatan dan pembagian bubur Asyura dilakukan dengan penuh kesungguhan dan doa.

Nilai Religius dan Sejarah

bubur asyura

Hari Asyura sendiri memiliki makna religius yang mendalam bagi umat Islam. Pada hari ini, terjadi berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti penyelamatan Nabi Musa AS dan kaumnya dari Firaun, serta peristiwa tragis di Karbala yang melibatkan cucu Rasulullah SAW, Imam Husain AS. Oleh karena itu, hari Asyura juga merupakan waktu untuk merenung dan memperbanyak amal ibadah.

Pembuatan bubur Asyura pada hari ini menjadi salah satu bentuk ibadah dan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan perlindungan-Nya. Tradisi ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap perjuangan dan pengorbanan para nabi dan tokoh-tokoh Islam dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

Variasi Bubur Asyura di Berbagai Daerah

bubur asyura
(sumber: zonanews.id)

Setiap daerah di Indonesia memiliki variasi bubur Asyura yang berbeda-beda, tergantung pada bahan-bahan yang tersedia dan kebiasaan setempat. Misalnya, di Aceh, bubur Asyura dibuat dengan campuran berbagai jenis kacang-kacangan, jagung, dan ubi. Sementara itu, di Jawa, bubur Asyura biasanya ditambahkan dengan santan dan gula merah, memberikan rasa manis yang khas.

Di beberapa daerah, bubur Asyura juga dikenal dengan nama yang berbeda. Di Sulawesi Selatan, misalnya, bubur ini disebut “barongko” dan memiliki cita rasa yang sedikit berbeda karena penggunaan bahan-bahan lokal.

Bubur Asyura bukan hanya sekadar makanan, melainkan sebuah tradisi yang sarat dengan makna sejarah, religius, dan sosial. Melalui pembuatan dan pembagian bubur Asyura, masyarakat diajak untuk merenungi makna kebersamaan, berbagi, dan rasa syukur. Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya persatuan dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, serta sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam. Di tengah modernisasi, menjaga dan melestarikan tradisi bubur Asyura adalah upaya untuk tetap merawat nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.