Pelemahan Rupiah: Menko Airlangga Hartarto Sebut Sentimen Pasar AS sebagai Penyebab

oleh -0 Dilihat
sentimen pasar
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang kini telah mencapai Rp 16.400 per dolar AS, disebabkan oleh sentimen pasar keuangan terhadap kondisi ekonomi AS.

Airlangga menjelaskan bahwa perekonomian AS sedang mendapat sorotan karena terus membaik, yang menyebabkan investor lebih memperhatikan tekanan inflasi di negara tersebut. Tekanan inflasi yang masih tinggi membuat Bank Sentral AS, The Federal Reserve, enggan menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

“Ekonomi AS membaik, pertumbuhannya bagus,” kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (14/06/2024).

Pada pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) kemarin, The Fed kembali mempertahankan suku bunganya di level 5,25-5,5%. Pasar menilai sikap The Fed cenderung hawkish, terutama karena ekspektasi penurunan suku bunga direvisi dari tiga kali (75 basis poin) pada pertemuan Maret 2024 menjadi hanya satu kali sebesar 25 basis poin pada pertemuan kali ini.

Indeks dolar AS atau DXY juga telah naik ke angka 105,19, menguat 0,53% pada hari kemarin (13/06/2024), dan hari ini sempat menyentuh level 105,27. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar dolar AS menguat dibandingkan dengan mata uang utama global lainnya, termasuk mata uang negara-negara emerging markets seperti Indonesia.

“Terhadap berbagai mata uang lain, dolar AS juga menguat. Jadi, itu gejala global,” tambah Airlangga.

Baca juga: Mengejutkan, Muhammadiyah Tiba-Tiba Pindahkan Dana Triliunan Rupiah Dari BSI

Ia membantah bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen negatif investor terhadap kondisi dalam negeri, seperti yang disampaikan oleh Morgan Stanley yang menurunkan peringkat investasi pasar modal Indonesia menjadi “underweight”. Langkah Morgan Stanley tersebut dilakukan karena melihat potensi beban fiskal yang besar pada 2025 akibat rencana program Presiden Terpilih Prabowo Subianto, seperti program makan siang dan susu gratis untuk pelajar.

Menurut Airlangga, langkah Morgan Stanley tidak mencerminkan sentimen keseluruhan investor terhadap Indonesia. Banyak lembaga rating lain yang masih mempertahankan peringkat Indonesia di level stabil investment grade. Sebagai contoh, Moody’s kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 16 April 2024.

Japan Credit Rating Agency (JCR) juga mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB+ (investment grade) dengan outlook stabil pada 22 Maret 2024. Demikian juga Fitch kembali mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB (satu tingkat di atas investment grade) dengan outlook stabil pada 15 Maret 2024. “Masih banyak lembaga yang memberikan positive outlook terhadap Indonesia,” tegas Airlangga.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Loyo Pagi Ini

Airlangga juga menyebutkan bahwa sentimen global terhadap dolar AS yang menguat bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Faktor domestik juga berperan, namun dalam konteks saat ini, pengaruh eksternal lebih dominan. Kenaikan suku bunga AS menyebabkan investor global mencari aset yang lebih aman, seperti dolar AS, sehingga menekan nilai tukar mata uang negara berkembang.

Meskipun demikian, pemerintah Indonesia tetap optimis dan terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi domestik. Langkah-langkah strategis telah dilakukan untuk memperkuat fundamental ekonomi Indonesia, termasuk menjaga inflasi tetap rendah, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan daya saing investasi.

Dalam menghadapi situasi ini, pemerintah Indonesia telah menyiapkan beberapa langkah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah. Beberapa langkah tersebut antara lain:

  1. Intervensi Pasar Valas: Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
  2. Diversifikasi Ekspor: Meningkatkan diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas tertentu dan memperkuat neraca perdagangan.
  3. Mendorong Investasi: Menyederhanakan perizinan dan memberikan insentif bagi investor untuk meningkatkan investasi langsung di Indonesia.

Pemerintah juga terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga internasional dan negara mitra untuk menjaga stabilitas ekonomi global dan mendorong kerja sama yang saling menguntungkan.

Dengan berbagai upaya ini, diharapkan stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga dan ekonomi Indonesia tetap tumbuh secara berkelanjutan. Sementara itu, masyarakat diharapkan tetap tenang dan percaya bahwa pemerintah akan terus bekerja keras untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan bangsa.(DN)

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.