Tim Pemetaan BNPB Sosialisasikan Risiko Bencana Sekunder Erupsi Gunung Api Ibu

oleh -0 Dilihat
Tim BNPB
Tim BNPB Tengah Melakukan Sosialiasi Kawasan Rawan Bencana Sekunder Erupsi Gunung Api Ibu (Sumber: BNPB)

Jakarta – Tim pemetaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  mensosialisasikan hasil kajian di lapangan dari monitoring visual menggunakan drone di wilayah rawan bencana sekunder erupsi Gunung api Ibu kepada warga pengungsi dan masyarakat di desa-desa yang dilalui jalur sungai berhulu di lereng gunung yang memiliki ketinggian 1.325 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini.

Tim pemetaan, yang terdiri dari Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Direktorat Pemetaan Risiko Bencana, dan Direktorat Mitigasi, membawa hasil visualisasi pencitraan udara kepada masyarakat.

Visualisasi ini sangat dinantikan sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan bencana.

Hasil pemetaan sementara dicetak dalam ukuran besar dan dipasang di pos pengungsian, sehingga masyarakat dapat melihat dengan jelas kondisi geografis dan topografi wilayah mereka.

Selain itu, tim juga membagikan informasi melalui laptop untuk menunjukkan lokasi permukiman, potensi risiko bencana, dan langkah-langkah mitigasi yang dapat dilakukan.

Bagi masyarakat yang tinggal di kaki Gunung api Ibu, kehadiran tim pemetaan BNPB memberikan wawasan baru tentang potensi dampak risiko bencana sekunder dari aktivitas vulkanik gunung yang saat ini berada pada level IV atau “Awas”.

Informasi dari presentasi tim pemetaan BNPB membuat masyarakat lebih memahami tindakan yang harus diambil jika muncul tanda-tanda atau faktor lain yang memicu bencana sekunder erupsi Gunungapi Ibu.

Baca Juga: Status Gunung Ibu Naik Menjadi Level IV (Awas), 263 Orang Mengungsi

Enam Desa Prioritas

Tim BNPB telah memetakan aliran sungai yang berhulu ke Sungai Ibu, dan foto udara tersebut diolah menjadi peta permukiman beresolusi tinggi untuk Desa Duono, Desa Togoreba Sungi, Desa Togoreba Tua, Desa Naga, Desa Podol, dan Desa Togowo.

Dilihat dari udara, jalur aliran sungai tersebut ditumbuhi vegetasi alami yang tumbuh subur di lembah kaki Gunung api Ibu. Jarak antara sungai dan permukiman penduduk bervariasi, dari sekitar 5 meter hingga 15 meter. Selain permukiman, wilayah ini juga memiliki tempat ibadah, sekolah, balai pertemuan, dan fasilitas umum lainnya.

Dari hasil monitoring tersebut, tim BNPB merekomendasikan agar masyarakat terus memantau kondisi sungai, terutama saat terjadi hujan deras dari hulu hingga hilir.

Jika debit air meningkat dan air berubah warna menjadi cokelat keruh kehitaman, segera laporkan ke pemerintah desa setempat dan ambil langkah kesiapsiagaan. Selain itu, masyarakat yang tinggal dekat dengan aliran sungai diimbau untuk lebih waspada.

Masyarakat juga diharapkan menjaga lingkungan sungai dengan tidak menebang pohon, tidak membuang sampah di sungai, dan melakukan gotong-royong untuk normalisasi sungai.

Hambatan seperti bebatuan atau batang pohon harus segera dibersihkan untuk mencegah banjir bandang jika debit air meningkat.

Warga juga diminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan jika terjadi gempa bumi, mengingat tumpukan material vulkanik dari erupsi Gunung api Ibu telah menyebar ke wilayah utara dan barat laut. Gempa bumi dapat memicu longsornya material vulkanik, terutama jika terjadi hujan di wilayah hulu atau puncak kawah utama.

Baca Juga: Begini Kondisi 2 Pendaki Wanita Yang Videonya Viral Terjebak Erupsi Gunung Marapi

Rencana Kontijensi

Tim pemetaan sebelumnya telah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halmahera Barat, dan Kodim 1501 Ternate sebagai langkah awal rencana kontijensi terkait potensi bencana sekunder erupsi Gunung api Ibu.

Hasil pemetaan tim BNPB akan dianalisis lebih lanjut oleh tim PVMBG untuk kajian terbaru mengenai deformasi kawah, bukaan mahkota kawah, dan arah lelehan material vulkanik.

Data ini akan diseminasikan kepada pemerintah daerah, kementerian/lembaga terkait, dan masyarakat sebagai dasar rekomendasi dari potensi bahaya erupsi Gunungapi Ibu dan bencana turunannya.

BWS Maluku Utara di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga akan menggunakan data pemetaan tim BNPB untuk kajian jangka panjang terkait penanganan lahar dingin dengan pemasangan sabo dam, kantung pasir, dan lain-lain.

Untuk jangka pendek, kementerian PUPR menyiagakan alat berat untuk pengerukan dan normalisasi sungai. Tim BWS Maluku Utara juga akan turun ke lapangan secara berkala untuk memonitor langsung tindakan antisipasi dan mitigasi bencana sekunder erupsi gunungapi.

BPBD Kabupaten Halmahera Barat bersama Kodim 1501 dan Polres Halmahera Barat akan terus menyosialisasikan informasi kepada masyarakat, memonitor daerah rawan bencana sekunder, dan mempersiapkan langkah-langkah lain yang diperlukan dalam penguatan mitigasi, kesiapsiagaan, hingga kedaruratan bencana. (DN-Kabs)

Dapatkan Informasi Lainnya Dari Diskursus Network Melalui Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.