Kisah Inspiratif Sajeriah: Allah Mengizinkan Saya Berhaji Meski Buta

oleh -0 Dilihat
Sajeriah
Sajeriah, jemaah haji tunanetra dari embarkasi Makassar. (MCH 2024)

Madinah – Sajeriah, seorang jemaah haji tunanetra dari embarkasi Makassar, terlihat tersenyum lebar ketika ditanya tentang perasaannya bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci. Mengenakan baju hitam dan kerudung kuning, dia mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya bisa menunaikan ibadah haji meski tidak dapat melihat.

Sebagai bagian dari Kloter UPG-3 Embarkasi Makassar, Sajeriah (63), berasal dari Parepare, Sulawesi Selatan. Dia telah mendaftar haji sejak tahun 2010 dan harus menunggu selama 14 tahun sebelum impiannya terwujud. Tanpa pendamping khusus, Sajeriah hanya ditemani oleh keponakannya, Asmiah, yang juga berhaji dan membantunya.

“Biaya haji ditanggung oleh adik dan keluarga. Setibanya di Makkah, saya merasa baik-baik saja dan selalu berdoa untuk keselamatan dan kesehatan. Rasanya luar biasa bisa sampai di sini meski dalam kondisi tunanetra. Saya sangat bangga,” ujar Sajeriah dalam bahasa Bugis yang diterjemahkan oleh Asmiah.

Sajeriah menekankan bahwa hatinya penuh kebahagiaan dan kondisinya sehat. Dia ingin membuktikan bahwa meski tunanetra, dirinya bisa menjalankan ibadah haji. “Saya berdoa ingin ke Makkah, meskipun tidak punya uang. Tuhan mendengar doa saya. Jika Tuhan menghendaki, meski saya buta, itu bukan halangan. Tuhan memberi saya kesempatan untuk beribadah di Tanah Suci,” katanya di Syisyah, Makkah.

Baca juga: Pengetatan Razia Visa Haji oleh Pemerintah Arab Saudi

Asmiah menjelaskan bahwa Sajeriah kehilangan penglihatannya sejak usia 7 tahun akibat penyakit cacar. Tanpa suami dan anak, Sajeriah telah menjalani hidup dengan dukungan keluarga. Dia juga pernah menunaikan umrah tujuh tahun lalu bersama adiknya.

“Sajeriah adalah orang yang baik dan selalu ingin melakukan hal-hal baik seperti orang lain, termasuk berhaji. Dia mengatakan, jika meninggal di sana, itu tidak masalah karena dia tidak memiliki tanggungan keluarga,” cerita Asmiah.

Hafida Jufri, petugas kesehatan haji yang mendampingi Sajeriah, mengungkapkan bahwa semangat Sajeriah untuk berhaji sangat luar biasa meski ada keterbatasan fisik. “Dia tidak memiliki penyakit bawaan, hanya membawa vitamin C dan minyak kayu putih. Semangatnya untuk beribadah sangat tinggi,” kata Hafida.

Di Madinah, semangat Sajeriah tidak berkurang. Menurut Hafida, dia sering melaksanakan salat di Masjid Nabawi karena hotelnya dekat.

Kisah Sajeriah menjadi bukti bahwa dengan tekad dan keyakinan, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk menjalankan ibadah yang diinginkan.(Nurhaeni Amir/ MCH 2024)

Baca informasi menarik lainnya dari Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.