Bernalar Berdaya di SMAN 29 Jakarta: Menggugah Nalar dan Empati di Hari Kebangkitan Nasional

oleh -0 Dilihat
bernalar berdaya
Foto kegiatan bernalar berdaya kerjasama dengan Diskursus Network.

Jakarta – Lebih dari 100 siswa dan para guru ikuti acara Bernalar Berdaya di SMAN 29 Jakarta Selatan yang diadakan oleh mudaberdaya.id bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional di hari Senin (20/05/2024). Acara ini juga didukung oleh media berjaringan terverifikasi Dewan Pers, Diskursus Network.

Reyhan perwakilan siswa SMAN 29 Jakarta menyatakan tantangan pendidikan di Indonesia, termasuk rendahnya peringkat di antara negara-negara lain dan ketidakmerataan fasilitas pendidikan. Ia mengajak teman-temannya untuk lebih peduli dan berempati terhadap kondisi pendidikan di Indonesia.

“Kita harus lebih berempati terhadap kondisi pendidikan di Indonesia. Banyak teman-teman kita yang tidak mendapatkan fasilitas yang memadai,” ujar Reyhan.

Baca juga: Jangan Sepelekan Kentut, Penting Bagi Kesehatan

Rangkaian acara digelar dengan dihadiri berbagai narasumber diantaranta Daniel Limantara dari Neo Histori, Mario Gultom, Founder Sunyi Coffee dan Pak Suhe dari Pophariini.

Daniel membahas sejarah dan asal-usul bakso di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa bakso yang dikenal saat ini telah mengalami banyak modifikasi dari versi aslinya di Tionghoa.

“Belajar sejarah tentang bakso merupakan serpihan kecil dari keunikan bangsa Indonesia,” kata Daniel.

Mario berbicara tentang Social Entrepreneurship dan pentingnya mengajarkan empati kepada masyarakat. Ia berbagi pengalamannya dalam menghadapi ketimpangan dan masalah yang dihadapi penyandang disabilitas.

Baca juga: Curhatan BEM SI Kepada Komisi X DPR RI Mengenai Kenaikan UKT dan Permasalahan Pendidikan Tinggi

“Kaum disabilitas harus memperoleh hak dan kesempatan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Usaha kita tidak hanya harus berorientasi pada keuntungan bisnis, tetapi juga punya dampak nyata dan mampu menyelesaikan masalah sosial,” jelas Mario.

Pak Suhe membagikan pengalamannya selama 34 tahun di perusahaan internasional sebelum mendirikan Pophariini. Ia menekankan pentingnya mengelola emosi dan berani mengambil risiko dalam meraih kesuksesan.

“Belajar mengantongi emosi dibanding mengumbar emosi, terutama di saat-saat penting seperti mempersiapkan ujian,” ujar Pak Suhe.

Acara Bernalar Berdaya berhasil memberikan pengetahuan baru sekaligus mengajarkan empati, cara berpikir kritis, dan kesadaran sosial kepada para siswa. Ini sejalan dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan kepedulian sosial di kalangan generasi muda.

Dengan berbagai sesi inspiratif, Bernalar Berdaya tidak hanya memperkaya pengetahuan tetapi juga memupuk empati dan kesadaran sosial di kalangan siswa.(DN)

Baca informasi menarik lainnya di Google Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.