Mengenal Pemikiran Tan Malaka Yang Menginspirasi Dalam Berbagai Aspek

oleh -0 Dilihat
Mengenal Pemikiran Tan Malaka Yang Menginspirasi Dalam Berbagai Aspek
Filsuf Tan Malaka

Jakarta- Pemikiran Tan Malaka menjadi hal yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka adalah seorang pahlawan yang mungkin tidak diketahui oleh banyak masyarakat sehingga sering terlupakan. Bahkan namanya sulit ditemukan di berbagai buku pelajaran. Padahal pemikirannya terhadap ketidakadilan kolonialisme dan kemerdekaan patut diacungi jempol.

Pemikirannya tersebut menjadikan beliau sebagai buronan Belanda sehingga harus menghabiskan separuh hidupnya untuk bersembunyi. Tan Malaka juga bahkan harus menggunakan nama samaran agar tidak ditangkap.

Siapa Tan Malaka?

Tan Malaka
Foto: Filsuf Tan Malaka

Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim. Lahir 2 Juni 1897 di Suliki, Sumatera Barat. Beliau berasal dari keluarga bangsawan yang diberikan keleluasaan untuk bersekolah di Kweekschool (Sekolah Guru), Bukittinggi. Kemudian melanjutkan sekolah ke Belanda di Rijkskweekschool.

Setelah lulus, beliau kembali ke Indonesia untuk menjadi pengajar. Kehidupan secara nomad ke negara lain dijalaninya. Di akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, Tan menyamar menjadi seorang mandor di Banten.

Kemudian beliau menghabiskan waktu untuk menulis sebuah buku dengan judul Madilog. Dalam karyanya tertuang berbagai pemikiran yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bangsa.

Inilah Pemikiran Tan Malaka Dalam Berbagai Aspek

Beberapa aspek terasa mengalami masalah yang kompleks sehingga membuat kehidupan masyarakat menjadi sulit. Ada beberapa pemikiran Tan Malaka untuk Indonesia dalam bidang pendidikan hingga ekonomi.

Pemikiran tersebut berfokus terhadap pembebasan bangsa dari keterpurukan akibat adanya kolonialisme. Hal ini dianggap sebagai modal dasar yang bisa mendukung kemajuan bangsa Indonesia agar setara dengan bangsa lainnya. Bagaimana pemikirannya, berikut informasinya.

1. Bidang Pendidikan

Bidang Pendidikan
Foto: Ilustrasi (Canva)

Pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan yaitu bahwa aspek ini nantinya akan menjadi bekal di kehidupan selanjutnya. Tan Malaka memiliki pendapat bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha yang bisa membebaskan manusia dari ketertindasan, ketidaktahuan, kesengsaraan, dan bisa menjadikan hidup menjadi lebih bermanfaat. Baik untuk diri sendiri, lingkungan, maupun orang lain.

Tidak ada lagi kasta yang menjadi pembeda antar kelas. Praktek pendidikan tersebut disebut dengan pedagogik transformatif. Dijelaskan sebagai proses memanusiakan manusia yang bertujuan membentuk masyarakat dan pengetahuan baru dari keterlibatan mereka sendiri.

Pemikiran sebagai bentuk upaya untuk dapat membangun bangsa dari aspek pendidikan ini sudah dipikirkan dan dilakukan oleh Tan Malaka. Berikut diantaranya.

• Program wajib belajar untuk seluruh masyarakat Indonesia secara gratis hingga usia 17 tahun dengan bahasa Indonesia sebagai pengantar dan bahasa Inggris sebagai pendidikan bahasa asing yang utama.
• Menyusun kembali sistem berdasarkan atas kepentingan negara Indonesia.
• Memperbaiki dan memperbanyak jumlah sekolah pertanian, perdagangan, kejuruan, dan lain sebagainya.
• Menambah jumlah sekolah bagi para pegawai tinggi di sektor teknik dan administrasi.

Pemikiran pendidikan kritis yang muncul dari Tan Malaka pada masa pra kemerdekaan sudah selayaknya menjadi inspirasi dan landasan bagi pendidikan nasional yang berkarakter Pancasila dan kebudayaan bangsa.

2. Bidang Politik

Bidang Politik
Foto: Ilustrasi (Canva)

Pemikiran Tan Malaka dalam bidang politik terdiri dari tiga hal yang sangat penting. Diantaranya adalah negara yang berdaulat dan merdeka, bentuk negara yang berubah dari kapitalisme menjadi sosialis, dan ketiga adalah sistem ekonomi yang adil.

Tan Malaka ingin membangun negara merdeka yang berdaulat agar dapat melindungi kepentingan masyarakat dan nasional serta menciptakan aturan yang penuh dengan kebijaksanaan dan keadilan.

Hal ini dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat secara luas dan merata. Apabila kesejahteraan masyarakat tinggi, berbagai aspek lainnya juga bisa ditingkatkan.

3. Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia
Foto: Ilustrasi (Canva)

Di zaman revolusi, Tan Malaka dianggap menjadi otak terjadinya peristiwa 3 Juli 1946. Beliau menentang ketetapan hasil perundingan yang dilakukan Indonesia dengan Belanja. Tan menuntut kepada para penjajah untuk memberikan kemerdekaan 100 persen.

Saat itu beliau menulis buku berjudul Gerpolek yang berisi tentang konsep perlawanan yang bisa dilakukan untuk dapat melawan imperialisme. Tan menjelaskan bahwa syarat menjadi negara merdeka harus jelas.

Ilmu kenegaraan mendefinisikan negara merdeka melalui tiga syarat yaitu, daerah, penduduk, dan pemerintah. Namun menurut pemikiran Tan Malaka, perlu adanya korelasi dan tambahan.

Sebab negara modern tidak dapat berkembang hanya dengan tiga aspek tersebut. Perlu adanya aspek lainnya yaitu letak yang strategis, bahan logam mentah, dan perindustrian.

4. Sosialisme

Sosialisme
Foto: Ilustrasi (Canva)

Rencana ekonomi merupakan dasar dari sosialisme. Menurut pemikiran Tan Malaka, perekonomian harus diatur secara terencana. Produksi dengan pemakaian harus seimbang. Dengan begitu krisis dapat dihindari.

Tan Malaka juga menyebutkan bahwa persamaan sosial dan tolong menolong adalah fondasi dari sosialisme. Secara spesifik dijabarkan bahwa jumlah keseluruhan produksi yang sudah dinominalkan harus sesuai dengan jumlah keseluruhan gaji warga negara.

Semakin tinggi gaji, maka produksi bisa ditingkatkan. Begitu pula sebaliknya. Dalam tahap sosialisme, berlaku sistem penggajian berdasarkan kepandaian masing-masing. Ada juga tunjangan sosial yang diberikan untuk masing-masing keluarga.

Sistem tersebut menurut Tan Malaka cocok untuk periode pertengahan sebagai jalan tengah antara fase kapitalis dengan komunis.

5. Ekonomi

Ekonomi
Foto: Ilustrasi (Canva)

Dalam tatanan ekonomi, terdapat perencanaan yang perlu disusun sebagai usaha mengatur proses produksi dan distribusi agar lebih terencana. Rencana ekonomi seperti ini telah dijalankan oleh negara komunis seperti Uni Soviet, di negara fasis seperti Jerman, dan di negara demokratis seperti Amerika Serikat.

Pemusatan kekuasaan yang mengatur ekonomi di negara demokratis dengan tidak demokratis memiliki perbedaan berdasarkan derajatnya. Di Amerika dan negara fasis, hak milik tetap diakui. Namun di negara komunis, hak milik dikelola sepenuhnya oleh negara.

Sedangkan adanya undang-undang yang mengatur tentang hak dan kekuasaan merupakan ciri negara demokrasi. Dalam pemikiran Tan Malaka, hak dan kekuasan dibagi ke dalam beberapa aspek. Pertama antara pemerintah dan rakyat. Kedua, adanya pemisahan kekuasaan dalam tiga badan terpisah atau lebih dikenal dengan Trias Politika.

Pemisahan dilakukan untuk mencegah terjadinya praktek otoriter, dimana kekuasaan bisa saja berpusat pada satu tangan saja.

Kisah Akhir Hayat Tan Malaka

Kisah Akhir Hayat Tan Malaka
Foto: Ilustrasi (Canva)

Tidak semua pihak setuju dengan pemikiran politik Tan Malaka. Hal tersebut membuat beliau menjadi incaran pihak tertentu. Pada 21 Februari 1949, Tan Malaka dibunuh oleh pasukan batalyon Sikatan di Selopanggung, Kediri. Perintah pembunuhan Tan Malaka diberikan oleh Letda. Soekotjo.

Akibat peristiwa tersebut, Hatta menghentikan Sungkono dari Panglima Divisi Jawa Timur dan Surachmat yang merupakan Komandan Brigade. Hal tersebut merupakan dampak dari tindakan yang dianggap sembrono dalam mengatasi kelompok Tan Malaka.

Lokasi jasad Tan merupakan sebuah misteri. Menurut seorang peneliti sejarah bernama Poeze, jasad Tan tidak dihanyutkan ke sungai Brantas seperti yang tertulis di sejarah. Melainkan dikubur di area halaman markas militer yang tidak jauh dari lokasi penembakan terjadi.

Akhir hidup seorang pahlawan harus mati di tangan militer dan bangsanya sendiri. Padahal bangsa tersebut beliau bela selama puluhan tahun. Pada saat Tan dibunuh, beliau sedang berperan sebagai pemimpin barisan gerakan gerilyawan melawan penjajah untuk bisa mencapai kemerdekaan 100%.

Pemikiran Tan Malaka membuatnya mendapatkan julukan sebagai Bapak Republik Indonesia. Hal tersebut tercetus karena beliau adalah orang pertama yang menulis tentang konsep Republik Indonesia. Banyak tokoh yang mengagumi pemikiran politik Tan Malaka, salah satunya Soekarno.

Untuk itu seharusnya para pelajar mengenal tentang sosok Tan Malaka karena beliau memiliki cerita perjuangan dan pemikiran yang cemerlang. Sosoknya bisa dikenal melalui beberapa karya bukunya. Diantaranya seperti Gerpolek, Madilog, Aksi Massa, dan lainnya. (Red DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.