Bulog: Musim Panen Padi Mundur Akibat Kekeringan, Pasokan Beras Stabil Maret 2025

oleh -0 Dilihat
Bulog
Dirut Perum Bulog Bayu Krisna murti memprediksi bahwa pasokan beras baru akan stabil dan tersedia di pasaran pada Maret 2025

Jakarta Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, memproyeksikan bahwa musim panen padi di Indonesia akan mengalami kemunduran sekitar satu bulan akibat kekeringan yang melanda sebagian wilayah.

Hal ini diungkapkan Bayu dalam diskusi bersama awak media di Aula Kantor Perum Bulog, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, pada Jumat sore.

Menurut Bayu, kondisi cuaca sangat memengaruhi produksi beras nasional. Jika cuaca mendukung, maka produksi beras dapat meningkat dan harga beras di pasaran akan tetap terkendali.

Namun, dengan adanya kekeringan yang saat ini terjadi, proses panen padi diperkirakan akan tertunda. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi kekeringan ini akan berlangsung hingga pertengahan September 2024, sehingga musim tanam baru diperkirakan akan dimulai pada Oktober 2024 ketika musim hujan mulai turun.

Musim tanam padi yang dimulai pada Oktober 2024 akan berlangsung selama tiga bulan, yakni Oktober, November, dan Januari.

Dengan demikian, panen padi diperkirakan baru bisa dimulai pada Februari 2025, namun, Bayu Krisnamurthi mengingatkan bahwa pada Februari tersebut, pasokan beras belum bisa langsung tersedia karena proses pascapanen seperti penjemuran memerlukan waktu lebih lama.

Baca Juga: Bulog Akan Impor 1,2 Juta Ton Beras Sebelum Desember 2024

Februari hingga Maret merupakan musim hujan, akibatnya, proses pengeringan beras akan memakan waktu yang lebih panjang.

Bulog memprediksi bahwa pasokan beras baru akan stabil dan tersedia di pasaran pada Maret 2025, bertepatan dengan awal Ramadan, saat permintaan pasar biasanya mengalami peningkatan signifikan.

“Kita masih memiliki target impor 3,6 juta ton tahun ini. Sejauh ini, sekitar 2,7 juta ton sudah masuk ke Indonesia, dan kami berharap sisa 900.000 ton lagi dapat masuk sebelum Desember 2024,” kata Bayu Krisnamurthi.

Sebelumnya, BMKG juga menyatakan bahwa fenomena La Nina belum terkonfirmasi terjadi di wilayah Indonesia. Fenomena La Nina diharapkan dapat membawa peningkatan curah hujan di daerah-daerah yang saat ini mengalami kekeringan akibat musim kemarau.

Kondisi ini diharapkan dapat membantu pasokan air bagi tanaman padi selama musim tanam kali ini.

BMKG melaporkan bahwa anomali suhu muka laut di wilayah Nino 3.4 menunjukkan kondisi ENSO (El Niño-Southern Oscillation) netral dengan indeks -0,01.

Hal ini menandakan bahwa fenomena El Nino yang terjadi pada tahun 2023 hingga 2024 telah berakhir dan saat ini kondisi berada pada fase netral, yang berpotensi mendukung kondisi cuaca yang lebih stabil dan meningkatkan peluang musim tanam padi yang lebih baik. (DN-Kabs)

Dapatkan Informasi Lainnya Dari Diskursus Network Melalui Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.