Puncak Haji: Pentingnya Mematuhi Waktu Lontar Jumrah untuk Keselamatan Jemaah

oleh -0 Dilihat
Jamaah Haji Indonesia
Jamaah haji Indonesia Terlihat Bermalam Di Muzdalifah Menunggu Untuk Dimobilisasi ke Mina (MCH 2024)

Makkah – Setelah mabit di Muzdalifah, jamaah haji diberangkatkan ke Mina untuk melaksanakan wajib haji, yaitu melontar jumrah. Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan waktu lontar bagi jamaah haji dari berbagai negara demi keamanan, kenyamanan, dan ketertiban.

Jamaah haji diminta untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan dan menghindari waktu-waktu terlarang untuk memastikan prosesi berjalan lancar dan aman.

Anggota Media Center Kementerian Agama, Widi Dwinanda, menyatakan bahwa Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah menetapkan jadwal lontar jumrah bagi jamaah haji Indonesia.

“Penetapan jadwal ini bertujuan untuk melindungi dan memperlancar pergerakan jamaah haji saat lontar jumrah,” kata Widi dalam keterangan resmi Kemenag di Jakarta, Minggu (16/07/2024).

Berikut jadwal lontar jumrah bagi jamaah haji Indonesia:

  1. Tanggal 10 Zulhijah:
    • Pukul 00.00 – 04.30 WAS
    • Pukul 10.00 – 00.00 WAS
    • Dilarang lontar pada pukul 04.30 – 10.00 WAS
  1. Tanggal 11 Zulhijah:
    • Pukul 05.00 – 11.00 WAS
    • Pukul 11.00 – 17.00 WAS
    • Pukul 17.00 – 00.00 WAS
  1. Tanggal 12 Zulhijah:
    • Pukul 00.00 – 05.00 WAS
    • Pukul 05.00 – 10.30 WAS
    • Pukul 14.00 – 18.00 WAS
    • Pukul 18.00 – 00.00 WAS
  1. Tanggal 13 Zulhijah:
    • Pukul 00.00 – 05.00 WAS
    • Pukul 05.00 – 17.00 WAS

Baca JugaSeluruh Jamaah Haji Indonesia Telah di Mobilisasi dari Muzdalifah ke Mina

Widi menyampaikan bahwa setelah beristirahat cukup di tenda Mina, jamaah melontar jumrah Aqabah dengan tujuh kerikil, dilanjutkan dengan bercukur atau Tahallul Awal. “Bagi laki-laki diutamakan mencukur gundul, sedangkan wanita cukup memotong rambutnya sepanjang ruas jari. Setelah tahap ini, jamaah dapat lepas ihram dan diperbolehkan memakai pakaian biasa,” jelas Widi.

Mengutip Buku Manasik Haji yang diterbitkan Kementerian Agama, Widi menjelaskan bahwa melontar jumrah adalah melontar batu kerikil ke arah jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah dengan niat mengenai objek jumrah (marma) dan kerikil masuk ke dalam lubang marma.

“Melontar jumrah dilakukan pada hari Nahar dan hari Tasyrik, dan hukumnya wajib. Bila tidak melaksanakannya dikenakan dam atau fidyah. Bagi jamaah yang berhalangan, melontar jumrah dapat dibadalkan oleh orang lain,” terangnya.

Melontar jumrah harus dilakukan sesuai urutan yang benar, yaitu mulai dari jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah. “Lontar jumrah dilakukan satu per satu kerikil. Melontar dengan tujuh kerikil sekaligus dihitung satu lontaran. Pastikan kerikil mengenai marma dan masuk lubang,” sambungnya.

Bagi jamaah yang mengalami uzur syar’i diperbolehkan mengakhirkan lontar jumrah dengan cara melontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah secara sempurna sebagai pengganti lontaran hari pertama.

Setelah itu, jamaah mengulang kembali lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah sebagai qadha hari kedua. Jamaah Nafar Tsani dapat menuntaskan lontaran hari terakhir.

Bagi jamaah yang berhalangan, melontar jumrah dapat dibadalkan oleh orang lain dengan salah satu cara yaitu: pertama, orang yang mewakilkan orang lain melontar jumrah terlebih dulu melontar untuk dirinya sendiri sampai sempurna tujuh kali lontaran, mulai dari jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah.

Kemudian, orang tersebut kembali melontar untuk yang diwakilinya mulai dari jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah. Cara kedua adalah orang yang mewakilkan orang lain melontar jumrah Ula terlebih dulu untuk dirinya sendiri sampai sempurna tujuh kali lontaran.

Selanjutnya, melontar lagi tujuh kali lontaran untuk yang diwakili tanpa harus menyelesaikan jumrah Wustha dan jumrah Aqabah terlebih dulu.

Baca Juga :Habib Ali Hasan Al Bahar Ajak Jamaah Haji Doakan Palestina di Akhir Khotbah Arafah

Selama di Mina, Widi berpesan agar jamaah fokus melakukan ibadah dengan memperbanyak zikir, mengingat dan mendekat kepada Allah, mengagungkan asma Allah, baik dengan bertakbir, membaca Al-Qur’an, membaca kalimat tauhid, dan wirid-wirid lainnya.

“Selingi zikir dengan berdoa kepada Allah, karena Mina termasuk tempat mustajab. Langitkan doa-doa dan harapan terbaik bagi pribadi, keluarga, dan untuk bangsa kita tercinta,” pesannya.

Widi juga mengimbau agar jamaah menghindari aktivitas yang bisa menyebabkan kelelahan, makan tepat waktu, minum obat dan suplemen yang dibutuhkan, serta minum air putih untuk menjaga kebugaran dan hidrasi tubuh. “Segera hubungi dokter jika merasa ada keluhan kesehatan,” ungkapnya.

Bila tidak ada keperluan mendesak, Widi mengimbau jamaah untuk tetap berada di tenda dan memakai masker selama di luar tenda, mengingat kawasan Mina yang padat dan berdebu.

“Kenali dengan baik identitas dan jalur menuju tenda masing-masing agar tidak tersesat. Jangan segan meminta bantuan petugas bila menemukan kesulitan,” katanya.

Widi juga menekankan pentingnya berada dalam rombongan regu atau kloter saat perjalanan menuju jamarat dan tidak memisahkan diri. “Jangan tergesa-gesa berjalan menuju jamarat dan saat kembali ke tenda. Ini untuk menghemat tenaga dan mempertimbangkan jamaah lain dalam rombongan, khususnya jamaah wanita, disabilitas, dan lansia,” tandasnya.

PPIH telah menempatkan petugas di sepanjang jalur menuju jamarat. Di sejumlah titik terdapat petugas kesehatan yang bersiaga menangani jamaah yang membutuhkan penanganan medis, serta ambulance di area jamarat bila ada jamaah yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut. (DN-Kabs)

Dapatkan Informasi Lainnya Dari Diskursus Network Melalui Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.