Satelit Kayu Pertama Di Dunia: Era Baru Eksplorasi Antariksa Ramah Lingkungan

oleh -0 Dilihat
takao doi memamerkan satelit kayu
Takao Doi Peneliti Universitas Kyoto Dan Mantan Astronot Jepang Memamerkan Satelit Kayu Yang Dikembangkan Ilmuwan Jepang

Diskursus Network – Para peneliti di Jepang telah meluncurkan satelit pertama di dunia yang terbuat dari kayu, yang diharapkan dapat membuka jalan bagi penggunaan material yang lebih ramah lingkungan dalam eksplorasi antariksa.

Satelit ini, yang dinamakan LignoSat, diperkenalkan oleh Kyoto University dan perusahaan kehutanan Sumitomo Forestry pada akhir Mei lalu.

LignoSat adalah kubus berukuran sekitar 10 sentimeter yang terbuat dari panel kayu magnolia dengan rangka aluminium, dilengkapi panel surya, papan sirkuit, dan sensor.

Dikutip dari nature.com panel kayu LignoSat dibuat dengan metode pertukangan kayu Jepang yang tidak menggunakan lem atau pengikat logam. Meskipun kayu umumnya dianggap mudah terbakar, hal ini justru diinginkan untuk mengatasi masalah sampah antariksa.

Saat LignoSat kembali ke atmosfer Bumi setelah masa layanannya yang diperkirakan enam bulan hingga satu tahun, kayu magnolia akan terbakar sepenuhnya dan hanya menghasilkan uap air serta karbon dioksida.

Takao Doi, seorang astronot dan insinyur di Kyoto University, menjelaskan bahwa kayu memiliki beberapa keunggulan dalam lingkungan antariksa: tahan terhadap kondisi keras dan tidak menghalangi gelombang radio, sehingga cocok untuk melindungi antena.

Baca Juga: Mengenal Teknologi Early Warning Jepang

Sejarah Penggunaan Kayu dalam Antariksa

Kayu bukanlah material baru dalam eksplorasi antariksa. Pada tahun 1962, NASA meluncurkan probe bulan Ranger 3 dengan casing kayu balsa untuk melindungi kapsulnya. Namun, misi tersebut gagal mencapai Bulan dan berakhir mengorbit Matahari.

Proyek LignoSat memakan biaya sekitar US$191.000 untuk desain, pembuatan, peluncuran, dan operasional. Satelit ini akan dikirim ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada bulan September dan diluncurkan ke orbit pada November. Sensor-sensor di atasnya akan mengukur tegangan pada kayu, suhu, gaya geomagnetik, dan radiasi kosmik, serta menerima dan mengirim sinyal radio.

Proyek ini dimulai pada tahun 2020 dengan spekulasi tentang potensi penggunaan kayu yang lebih luas di antariksa demi keberlanjutan yang lebih baik. Koji Murata dari Kyoto University menyatakan bahwa mereka juga telah membahas kemungkinan pembangunan rumah kayu di Bulan dan Mars untuk menumbuhkan hutan kayu di sana.

Baca Juga: Revolusi Abadi: Menguak Sejarah Megah Teknologi Kamera

Tantangan dan Keuntungan Kayu di Antariksa

Kayu terdiri dari selulosa yang diikat oleh lignin, menjadikannya anggota alami dari material komposit.  Scott J. McCormack, seorang insinyur material di University of California, Davis, mengatakan bahwa komposit adalah material ideal untuk industri dirgantara karena rasio kekuatan terhadap beratnya yang tinggi.

Namun, ia meragukan daya tahan kayu di Bulan atau Mars karena radiasi kosmik galaktik (GCR) yang dapat merusak sifat mekanik kayu.

Murata menjelaskan bahwa timnya telah mempelajari pengukuran GCR dan partikel energetik matahari yang diambil oleh rover Curiosity NASA di Mars, serta efek sinar gamma pada kayu di Bumi. Ia percaya bahwa kayu di Mars bisa bertahan selama ribuan tahun. (DN-Kabs)

Dapatkan Informasi Lainnya Dari Diskursus Network Melalui Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.