Mengawal Jemaah Demensia, Ikhtiar Melayani Tamu Alllah

oleh -0 Dilihat
jemaah demensia
Rusmin Kasdi Jemaah Lansia Penderita Demensia Ini Menuju Masjidil Haram, Ia ingin Pulang Ke Indonesia Dan Tidak Paham Saat Ini Berada Di Makkah (Sumber: MCH 2024)

Makkah – Rusmin Kasdi muncul dari kerumunan jemaah yang akan menuju ke Masjidil Haram, Jemaah haji lansia penderita demensia ini pada tangan kiri meraba tepian pembatas jalan, tangannya kanannya memegang sebuah kantong plastik hitam. Wajahnya merengut.

”Aku pe muleh (saya mau pulang),” jawabnya ketus saat ditanya oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang mengikutinya, Jumat (31/5/2024) dini hari.

Rusmin jelas salah arah. Bukannya menuju terminal Syib Amir tempat para jemaah menumpang bus menuju hotel, ia justru berjalan ke arah Masjidil Haram. Sesekali ia berhenti mengambil nafas panjang. Meski terlihat kelelahan, Rusmin menolak air minum yang diberikan petugas. Ia memilih tetap melaju dengan langkah ringkihnya. ”Ora usah melu aku (tidak usah membuntutiku),” kata dia sambil terus berlalu.

Sesampainya di pelataran Masjidil Haram, Rusmin memilih melipir ke kiri, ke arah terminal Bab Ali. Beruntung, di sana berjaga seorang petugas haji bernama Fredy Jaguar. Ia mengikuti langkah Rusmin hingga nyaris menuju ke jalan besar di daerah itu. Kepada Fredy, Rusmin berkukuh ingin menuju ke terminal Purwokerto, mencari bus untuk pulang.

“Saya ikuti terus. Saya tawari balik gak mau. Yang bahaya kalau nanti dia menerobos ke jalan besar, banyak bus,” kata Fredy.

Baca Juga: Cegah Haji Ilegal Masuk Makkah, Pemerintah Saudi Perketat 5 Check Point

Fredy tahu ia tak bisa memaksa. Menurut dia, jemaah yang sedang mengalami demensia atau penurunan daya ingat seperti Rusmin sedang tidak menjadi dirinya sendiri.

Sebelum sampai di lorong bus, Rusmin akhirnya menepi karena kelelahan. Kain ihram yang disandangnya tiba-tiba berlumuran darah. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Fredy untuk mendekati Rusmin. Perlahan ia membuka obrolan dengan pria asal Purworejo, Jawa Tengah tersebut.

Dari dekat Fredy tahu bahwa darah yang berada di kain ihram Rusmin berasal dari luka akibat kateter atau alat bantu kencing. Sementara di dalam plastik hitam yang ia tenteng sedari tadi adalah kantung kateter yang berisi urinnya. ”Mungkin tergores atau gimana, jadinya keluar darah. Beliau langsung lemas, demam tinggi, saya langsung menghubungi petugas kesehatan,” kata dia.

Setelah dicek, suhu tubuh Rusmin mencapai 40 derajat celcius. Ia juga lemas karena dehidrasi atau kekurangan cairan. Kata Fredy, Rusmin telah berjalan lebih dari dua kilometer.

Tim kesehatan pun langsung membawa Rusmin ke pos kesehatan terdekat. Di sana, ia mendapatkan perawatan sambil menunggu rombongannya menjemput. Sekitar pukul 06.00 waktu Arab Saudi, Rusmin akhirnya bertemu dengan rombongannya dan diantar pulang ke hotel.

Baca Juga: Gelombang Pertama Petugas Haji Indonesia Tiba di Bandara King Abdul Aziz

Dari keterangan anggota rombongan, Rusmin tidak terpisah. Sejak awal memang dia dipesankan jasa kursi dorong untuk melaksanakan Umrah wajib. Maklum, usianya sudah kepala tujuh dengan kondisi kesehatan yang menurun. Rusmin pun rampung terlebih dahulu daripada rombongannya. Oleh pendorong, Rusmin lalu diantar ke pos awal.

”Nah, kondisi di pos itu kan crowded. Mungkin dia pusing atau gimana, belum lagi menahan sakit. Ternyata dia punya sakit prostat,” ujarnya. ”Karena itulah ia kemudian kabur meninggalkan pos jasa dorong dalam kondisi demensia. Tapi yang penting Alhamdulillah sudah kembali. ” imbuh Fredy.

Bukan malam itu saja, hampir tiap hari Fredy mengaku berhadapan dengan jemaah haji demensia yang terpisah dari rombongan. Kuncinya, kata dia, adalah sabar. ”Ya kita anggap sebagai orangtua kita sendiri,” ujarnya.

Demensia memang menjadi salah satu perhatian khusus dalam penyelanggaraan ibadah haji. Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Enny Nuryanti mengatakan tren jumlah pasien demensia meningkat. Dari 57 pasien yang dirawat, 12 di antaranya adalah demensia. Mayoritas pasiennya, kata dia, adalah lansia. “Untuk yang demensia di atas 60 tahun, ada yang 70 tahun dan 80 tahun,” ujarnya, Selasa (28 Mei)

Baca Juga: Kisah Inspiratif Sajeriah: Allah Mengizinkan Saya Berhaji Meski Buta

Cerita soal jemaah demensia juga dituturkan oleh petugas haji lain, Iwan Hermawan. Selama bertugas di Masjidil Haram, Iwan mengaku kerap menemui jemaah demensia. Beberapa hari lalu misalnya, ia menjumpai seorang ibu berusia 65 tahun dalam kondisi linglung.

Perempuan itu menghampiri pos jaga petugas sambil menunjuk salah satu gedung di dekat terminal. “Katanya itu rumahnya. Ngotot mau ke sana,” ujar Iwan menirukan ucapan perempuan itu.

Beberapa kali Iwan merayu, sesering itu pula tawarannya ditolak. Lantaran tak bisa dicegah, Iwan pun memilih mengawalnya sambil menjaga keselamatan perempuan itu.

Tak habis akal, Iwan lalu membujuk ibu itu untuk video call sang anak. ”Ia mau video call. Tapi setelah itu tetap ngotot menuju gedung yang ia tunjuk tadi. Katanya yang di hape bukan anaknya, cuma gambar.”

Beruntung, tak lama setelah itu, sang anak tiba di pos. Seketika, ibu itu langsung merangkul dan menangis. Kesadarannya pun perlahan pulih. ”Yang penting kita layani saja. Mereka ini istimewa, mereka kan tamu Allah,” ujar Iwan

(MCH 2024)

Dapatkan Informasi Lainnya Dari Diskursus Network Melalui Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.