Indonesia-AS Kerjasama Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Di Kalimantan 

oleh -0 Dilihat
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi saat diwawancarai di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, pada Kamis (30/05/2024).
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi saat diwawancarai di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, pada Kamis (30/05/2024). (Ilham)

Jakarta- Indonesia dan Amerika Serikat (AS), saat ini tengah menjalin kerjasama Small Modular Reactor (SMR) untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2025-2035 di Kalimantan.

Adapun pengembangan PLTN tersebut tertuang pada PP No. 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN).

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi

mengatakan, SMR bekerjasama dengan US DoS melalui program Foundational Infrastructure for the Responsible Use of SMR Technology (FIRST).

“Kita kan diberikan bantuan untuk melakukan technical assessment di Kalimantan Tengah. Mudah-mudahan bisa diselesaikan segera,” kata Edi saat kegiatan media briefing update kerjasama ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, pada Kamis (30/05/2024).

Menurutnya, proyek pengembangan tersebut dibantu oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan direncanakan akan rampung pada tahun 2024.

“Ya harapan kita sih tahun ini harusnya sudah selesai, karena kan BRIN juga melakukan itu,” terangnya.

“Nah yang kita ingin adalah percepatan implementasi. Makanya dengan adanya IPEF kita meminta nih jangan sampai implementasinya duluan Romania dibandingkan kita, Romania ini tahun 2027,” sambungnya.

Namun, lanjut Edi, implementasi proyek pengembangan tersebut harus selaras dengan peraturan di Indonesia terkait nuklir.

“Cuman kalau mengimplementasi tapi peraturan kita belum mendukung bingung juga ya. Ya makanya mungkin harus paralel ketika implementasinya sudah dibuat, mungkin peraturan kita terkait tenaga nuklir sudah selesai,” ungkapnya.

“Jadi kita minta dipercepat, tapi secara internal kita juga harus siap,” tegasnya.

Sementara itu, untuk pembiayaan pengembangan tersebut ditaksir mencapai Rp 34 Miliar.

“Pada tanggal 28 Februari 2023 telah ditandatangani Contract for Technical Assistance antara PLN Indonesia Power dan US Trade and Development Agency (USTDA). Pembiayaan Grant Agreement dari USTDA sebesar USD 2.3 Juta,” pungkasnya. (Ilham)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.