Jakarta – Menjelang bulan suci Ramadan yang dijadwalkan dimulai pada 10 Maret, umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Palestina, biasanya mempersiapkan diri untuk bulan penuh ibadah dan kebersamaan. Masjid Al Aqsa dalam situasi damai saja selalu menjadi sorotan ketika diperebutkan dua kelompok dan negara disana, saat ini di tengah konflik, ketegangan diperkirakan akan lebih meningkat.
Suasana Ramadan tahun ini di Palestina akan terasa berbeda akibat konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas di wilayah Gaza, yang telah menimbulkan korban jiwa dan luka yang signifikan di kalangan warga Palestina.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, yang berada di bawah administrasi Hamas, jumlah korban tewas telah mencapai sedikitnya 30.631 orang dengan hampir 71.000 lainnya mengalami luka-luka hingga pertengahan pekan ini.
Sheikh Mohammed Hussein, Grand Mufti Yerusalem dan Palestina serta ulama senior di Masjid Al-Aqsa, menyampaikan keprihatinan mendalam atas dampak perang di Gaza terhadap warga Palestina. Dalam wawancara dengan VOA, ia menggambarkan suasana kesedihan yang melanda Palestina dan komunitas internasional terkait dengan konflik ini.
Masjid Al-Aqsa, yang terletak di Yerusalem, merupakan situs religi yang sangat penting dalam Islam, dianggap sebagai tempat suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Masjid ini biasanya menjadi tujuan ibadah bagi ratusan ribu warga Palestina selama Ramadan. Sheikh Hussein menekankan pentingnya salat di Al-Aqsa selama bulan suci, mengingat pahala yang besar bagi umat Islam yang beribadah di sana.
Baca juga: Menlu Retno Tegas Dukung Palestina Di Mahkamah Internasional
“Pertama, untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Setiap salat di Al-Aqsa sama nilainya dengan 500 salat di tempat lain. Alasan kedua, karena kehadiran warga Muslim di Al-Aqsa sangat penting. Jika dia tidak datang, dan warga lain juga tidak datang, maka Al-Aqsa akan kosong, dan orang-orang Yahudi akan datang dan menguasainya,” ucap pria bernama Saed Eddin Al-Kazzaz di Masjid Al Aqsa.
Di dekat Al-Aqsa, orang-orang mengatakan mereka tetap menantikan Ramadan meskipun mereka khawatir dengan situasi keamanan.
Warga Yerusalem Timur, Nadia Natche, mengatakan ia dan warga Palestina lainnya berharap Ramadan akan terasa damai.
“Kami tidak ingin ada masalah apapun yang dapat membuat orang meninggal, atau luka-luka. Kami hanya ingin ada kedamaian saat Ramadan,” komentarnya.
Situs ini juga penting bagi agama Yahudi, dikenal sebagai “Temple Mount,” dan sering kali menjadi titik ketegangan antara warga Palestina dan pasukan keamanan Israel. Bentrokan di kawasan ini tidak jarang terjadi, terutama terkait dengan akses dan ibadah di lokasi ini.
Upaya pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa oleh pejabat Israel telah menimbulkan kekhawatiran akan memicu lebih banyak kekerasan. Para analis dan warga setempat mengingatkan bahwa kebijakan pembatasan serupa di masa lalu telah memicu bentrokan serius.
Baca juga: 101 Hari Perang Israel-Hamas, Kondisi Warga Palestina Semakin Kritis
Walaupun di tengah situasi yang tidak menentu, banyak warga Palestina, termasuk di Yerusalem Timur, masih mengharapkan kedamaian selama bulan Ramadan. Mereka berharap bulan suci ini akan menjadi waktu untuk refleksi dan doa, bukan konflik dan kekerasan.
Adapun pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa oleh Israel, terutama bagi pemuda Muslim, sering kali dibenarkan dengan alasan keamanan, namun hal ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi konfrontasi lebih lanjut selama Ramadan.
Kondisi saat ini menunjukkan betapa kompleks dan sensitifnya situasi di wilayah tersebut, terutama saat umat Islam bersiap untuk menyambut bulan suci Ramadan di tengah harapan untuk kedamaian dan resolusi konflik. (DN)
Baca informasi menarik lainnya di Google Berita
