Jakarta – Calon legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Vicky Prasetyo mengungkapkan kecurangan dalam perhitungan suara pada aplikasi Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang tersaji di website resmi KPU.
Vicky menyatakan kepada Diskursus Network bahwa angka yang bergerak di website sudah tidak bisa dipedomani karena jauh berbeda dengan data formulir C1 yang dikumpulkan oleh saksi partai, bahkan terjadi penurunan signifikan pada data suara yang diperoleh Caleg Partai Perindo tersebut.
“Jadi ketika real count KPU baru mencapai perhitungan suara 7.19% suara saya itu sudah mencapai 4000, terus kalau sekarang sudah mencapai perhitungan 40% masa menjadi 2000, itu gak sesuai, ga relevan,” ucap artis multitalenta ini dalam sinear Mimbar Bebas di channel Diskursus Net, Selasa (27/02/2024).
Caleg yang berkompetisi di wilayah Jabar 6, Depok dan Bekasi ini klaim suara yang sudah dikumpulkan timnya sudah mencapai 30 ribuan.
Baca juga: Bukti Sirekap Ngaco dan Hak Angket Kecurangan Pemilu 2024
“Saya ga tahu ya di website sih banyak banget yang hilang, yang penting saya punya bukti manual, sekarang sudah mencapai 25-30 ribu (suara-red),” ungkapnya.
Bagi Vicky, saat ini meski sudah meraup suara banyak kesempatannya untuk melenggang ke senayan sulit terlaksana karena aturan parlement threshold 4%, saat ini suara untukPartai Perindo masih dibawah 2%. Menyikapi aturan tersebut, Vicky berharap adanya perubahan kebijakan tersebut di Pemilu 2029.
“Saya rasa perlu adanya perubahan kebijakan parlement threshold tersebut ya, agar caleg yang berjuang di dapilnya dan memiliki suara signifikan bisa ikut memberi warna di parlemen,” kata Vicky.
Vicky sampaikan dirinya tidak akan jera di dunia politik karena merupakan passionnya, jatid irinya ucapnya, sehingga dalam waktu dekat masih akan ikut bertarung di pemilihan kepala daerah (Pilkada).
“Sudah ada beberapa partai dan calon kepala daerah yang menghubungi saya, Gorontalo dan Bekasi,” tegasnya. Untuk dialog selengkapnya dari Vicky Prasetyo bisa disaksikan dalam Sinear Mimbar Bebas yang dipandu oleh jurnalis senior Insan Sadono di Channel Youtube Diskursus Net. (DN)
