Jakarta- Korban bom di hotel JW Marriott Jakarta, Tony Soemarno (69) minta pemerintah lebih memperhatikan para penyintas korban aksi kekerasan terorisme di Indonesia.
Hal itu diungkapkan Tony Soemarno saat kegiatan Diskusi (Editor Meeting) dengan tema “Terorisme Dalam Pandangan Negara, Media Dan Korban” yang dilaksanakan di Hotel Akmani, Jakarta Pusat, pada Rabu (26/7/2023).
Menurutnya, tak hanya para pelaku terorisme, para penyintas juga sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah.
“Tidak hanya pelaku terorisme ini saja yang diperhatikan atau “dipelihara” supaya tidak melakukan aksinya lagi, tetapi kami juga sebagai korban sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah,” ungkapnya.
Selain dirinya, lanjut Tony, banyak korban aksi kekerasan terorisme lainnya yang cacat fisik sehingga tidak bisa bekerja dan mencari nafkah.
“Banyak kawan-kawan saya sesama penyintas yang sudah usia lanjut mereka tidak bisa bekerja karena fisiknya sudah tidak sehat, sedangkan anak-anak mereka butuh biaya sekolah,” kata Tony Soemarno.
Tony menyebut, para korban kekerasan aksi terorisme sangat membutuhkan kompensasi dan jaminan kesehatan gratis dari pemerintah.
“Seperti jaminan kesehatan gratis itu sangat penting dan menolong sekali bagi kami para penyintas, kerena jika kami sehat tentunya kami bisa mencari nafkah untuk keluarga dan anak-anak kami juga bisa sekolah,” ujarnya.
Dalam hal ini, Tony menyampaikan, kepada para pelaku aksi terorisme agar stop melakukan aksi-aksi kekerasan, karena di dalam agama manapun itu tidak dibenarkan.
“Untuk para pelaku aksi kekerasan terorisme dimanapun berada, tolong stop lah melakukan aksinya. Karena kalau saya dan para korban lainnya itu adalah keluarga anda bagaimana perasaan anda,” pungkasnya. (Ilham)
