UNESCO : Setiap Empat Hari Satu Jurnalis Terbunuh di Tahun 2022

oleh -0 Dilihat
Pengunjuk rasa pro Palestina membawa spanduk dengan gambar jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang tewas dalam serbuan Israel di Jenin, selama aksi protes di depan konsulate Israel, di Istambul, Turki, Kamis (12/5/2022) (ANT)
Pengunjuk rasa pro Palestina membawa spanduk dengan gambar jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang tewas dalam serbuan Israel di Jenin, selama aksi protes di depan konsulate Israel, di Istambul, Turki, Kamis (12/5/2022) (ANT)

Diskursus Network –  Sepanjang tahun 2022 UNESCO merilis,  sebanyak 86 jurnalis dan pekerja media dari seluruh dunia terbunuh yang artinya setiap empat hari satu jurnalis terbunuh, hal ini pun menunjukkan peningkatan 50 persen dibanding jumlah pada 2021.

UNESCO diberi mandat untuk memastikan kebebasan berekspresi dan keamanan jurnalis secara global. Badan PBB itu mengatakan laporan tersebut menyoroti risiko besar dan kerentanan yang dihadapi jurnalis dalam pekerjaan mereka.

Namun, jumlah korban yang dirilis UNESCO itu lebih sedikit dibanding jumlah jurnalis yang dilaporkan tewas menurut data Press Emblem Campaign (PEC).

Pada 14 Desember, organisasi kebebasan pers yang bermarkas di Jenewa, Swiss itu mengatakan ada 115 orang tewas pada 2022, yakni meningkat 45 persen dibanding tahun sebelumnya sekaligus menjadi jumlah korban terbanyak sejak 2018.

“Setelah beberapa tahun mengalami penurunan, peningkatan tajam jumlah jurnalis yang terbunuh pada 2022 mengkhawatirkan,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.

Amerika Latin dan Karibia menjadi wilayah paling mematikan bagi jurnalis pada 2022, dengan 44 pembunuhan atau lebih dari setengah jumlah korban di seluruh dunia.

Asia dan Pasifik mencatat 16 pembunuhan, sedangkan 11 jurnalis tewas di Eropa Timur.

Meksiko menjadi negara yang mencatat kasus pembunuhan jurnalis paling banyak dengan 19 pembunuhan, Ukraina 10, dan Haiti 9.

UNESCO melaporkan bahwa setengah dari jumlah jurnalis yang terbunuh pada 2022 itu justru terjadi ketika mereka sedang tidak bertugas. Para pekerja media itu dibunuh saat bepergian, di rumah mereka atau di tempat parkir dan tempat umum lainnya.

Kecenderungan tersebut menyiratkan bahwa tidak ada ruang aman bagi jurnalis bahkan saat waktu luang mereka.

Sementara jumlah jurnalis yang terbunuh di negara-negara konflik naik dari 20 orang pada 2021 menjadi 23 orang pada 2022.

Para jurnalis dibunuh karena berbagai alasan, termasuk pembalasan karena melaporkan kejahatan terorganisir, konflik bersenjata atau munculnya ekstremisme dan melakukan peliputan subjek sensitif seperti kasus korupsi, kejahatan lingkungan, penyalahgunaan kekuasaan, dan aksi protes.

Selain pembunuhan, jurnalis juga menghadapi beragam ancaman disertai kekerasan, mulai dari penghilangan paksa, penculikan, penahanan sewenang-wenang, dan kekerasan digital terutama kepada jurnalis perempuan. (Ant/DN)

Baca :  Ferdy Sambo Terdakwa Kasus Pembunuhan Brigadir J Ditutut Penjara Seumur Hidup

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.