Mengenal Kebaya Yang Kini Didaftarkan 4 Negara ke UNESCO

oleh -0 Dilihat
Mengenal Kebaya Yang Kini Didaftarkan 4 Negara ke UNESCO
Pakaian tradisional Kebaya akan dinominasikan 4 negara untuk masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Diskursusnetwork- Pakaian tradisional Kebaya akan dinominasikan untuk masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Nominasi kebaya ini merupakan upaya multinasional dari empat negara Asia Tenggara, yaitu Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand.

Keempat negara tersebut setuju untuk bekerja sama dalam nominasi. Mereka bahkan menyambut negara lain untuk bergabung dalam nominasi itu.

Sejarah Kebaya
Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita di Nusantara. Terbuat dari kain kasa yang dipadukan dengan sarung, batik, atau pakaian tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni.

Sejarah kebaya diyakini berasal dari negara Arab. Orang Arab membawa baju kebaya (yang merupakan bahasa Arab untuk “abaya”) ke Nusantara ratusan tahun yang lalu.

Kemudian menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Setelah ratusan tahun asimilasi budaya, pakaian tersebut diterima oleh masyarakat setempat.

Namun ada pendapat lain yang meyakini, kebaya datang dari China, lalu menyebar ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi setelah migrasi warga China ke Asia Tenggara.

Perkembangan Model Kebaya
Bentuk awal kebaya diyakini berasal dari Kerajaan Majapahit (berkuasa hingga 1389), yang digunakan permaisuri dan selir untuk menutupi tubuh yang hanya beralas kemben. Di masa itu kemben merupakan pakaian utama.

Ketika Islam masuk ke nusantara, perempuan kraton mulai menutupi tubuhnya dengan kain tambahan dengan bentuk yang sekarang kita kenal dengan kebaya.

Selanjutnya kebaya menjadi pakaian kebesaran perempuan kraton Jawa di Abad ke-V. Dengan bahan berupa beludru, sutra ataupun brokat yang digunakan dengan bros dan kain panjang. Masyarakat biasa pun menggunakan kebaya, dengan bahan lebih ringan semacam kain tisu atau sifon tanpa hiasan bros meski masih menggunakan kain panjang.

Di masa penjajahan, perempuan Belanda yang tinggal di tanah air pun kerap mengenakan kebaya dalam agenda resmi. Mereka menjadikan pakaian ini sebagai identitas kasta. Mengikuti para perempuan kraton yang di masa itu memiliki derajat sosial lebih tinggi dibanding masyarakat biasa.

Setelah penjajahan Belanda, kebaya mengambil peran baru sebagai pakaian formal bagi perempuan Eropa di negara tersebut. Selama ini, kebaya sebagian besar dibuat dari kain mori. Modifikasi yang dilakukan pada kostum tradisional ini kemudian memperkenalkan penggunaan sutra dan bordir untuk menambah desain dan warna.

Bentuk paling dominan dari kebaya yang dikenakan di pulau Jawa dan Bali saat ini, dapat dilihat dari kebaya yang dikenakan di Jawa dan Sunda dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 dan seterusnya.

Jadi Busana Nasional
Pada tahun 1920-an, seiring dengan kemunculan perjuangan nasionalis di Indonesia, perempuan Eropa berhenti mengenakan kebaya. Karena pakaian ini mulai diidentikkan dengan pakaian khas Indonesia. Bagi penjajah Eropa, Kebaya telah dikaitkan dengan nasionalisme Indonesia.

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), para tawanan perang perempuan Indonesia yang berpendidikan memilih untuk mengenakan kain dan kebaya daripada pakaian barat yang dialokasikan untuk mereka sebagai pakaian penjara.

Seperangkat kondisi politik yang berbeda menghasilkan pembalikan makna. Dalam situasi ini para perempuan menggunakan kode budaya (pakaian tradisional) untuk menegaskan posisi politik mereka, yang membedakan diri mereka dari perempuan Eropa mereka yang juga tawanan perang.

Pada Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945, satu-satunya perempuan yang hadir, Ibu Trimutri mengenakan kain dan kebaya. Citra ini membantu mengubah kebaya dari sekedar pakaian tradisional, mengangkatnya menjadi status pakaian nasional bagi perempuan Indonesia. (Red, DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.