Harga Kedelai Naik, Begini Imbasnya Untuk Produsen Tempe Tahu

oleh -0 Dilihat
Harga Kedelai Naik, Begini Imbasnya Untuk Produsen Tempe Tahu
Puskopti Provinsi Lampung mengharapkan harga kedelai dapat terus stabil guna menjaga produksi perajin tahu tempe

Bandarlampung- Harga kedelai yang naik di pasaran memberikan dampak nyata terhadap para produsen tahu tempe di Lampung. Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) Lampung mengharapkan harga kedelai dapat terus stabil guna menjaga produksi perajin tahu tempe di daerahnya.

“Adanya kenaikan harga kedelai dari Rp12 ribu per kilogram sekarang sampai berkisar Rp13 ribu per kilogram, memang membuat perajin tempe tahu terkendala dalam proses produksi,” ujar Sekretaris Puskopti Lampung M. Darja, di Bandarlampung, Sabtu.

Ia mengatakan dalam membantu perajin tempe dan tahu untuk terus berproduksi, pemerintah telah menyalurkan program bantuan selisih harga bagi pembelian kedelai impor.

“Meski sudah ada bantuan selisih harga kedelai, tapi kami pun berharap harga kedelai ini di kemudian hari tetap stabil sebab kondisi saat ini harga terus naik,” katanya.

Dia menjelaskan, dengan adanya stabilitas serta adanya harga acuan kedelai maka produktivitas perajin tahu tempe yang merupakan salah satu komoditas kegemaran masyarakat dapat terus terjaga.

“Untuk di seluruh Lampung kebutuhan kedelai perajin tempe dan tahu adalah 4.500 ton per bulan, dengan harga beli di luar subsidi Rp12,8 ribu hingga Rp13 ribu per kilogram. Dan jumlah perajin sebanyak 3.750 orang di 15 kabupaten dan kota,” tambahnya.

Ia mengatakan, pada pertengahan April lalu Puskopti telah mengajukan kuota kedelai kepada Bulog sebesar 1.000 ton dan mendapatkan 4.000 ton. Dengan penyaluran langsung kepada Kopti yang ada di 15 kabupaten/kota.

“Lampung ini untuk satu Kopti mendapatkan sekitar 20-50 ton kedelai cukup bervariasi sesuai kemampuan produksi. Untuk penyerapan paling banyak itu di Kota Bandarlampung, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Utara karena perajinnya banyak, untuk daerah lain hanya 10 ton saja,” kata dia pula.

Tanggapan lainnya dikatakan oleh perajin tahu tempe asal Bandarlampung Ratno Raditya.

“Besar harapan kami agar harga stabil dan produktivitas terjaga agar tidak ada lagi yang gulung tikar menutup usaha,” ujar Ratno.

Ia melanjutkan, untuk sementara ini guna menyiasati adanya kenaikan harga bahan baku yakni kedelai, ia bersama perajin lainnya mencoba mengurangi volume dan besaran produk tempe, tahu dan oncom miliknya.

“Sekarang paling ambil setengah kuintal saja, lalu ukuran diperkecil. Tapi setelah adanya pengajuan bantuan subsidi kedelai akan coba ditambah,” ujar dia pula. (Red, DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.