Pengrajin Tahu di Provinsi Lampung Terancam Gulung Tikar

oleh -4 Dilihat
WhatsApp Image 2022 02 22 at 14.26.06
Sejumlah pengrajin tahu di di Provinsi Lampung terancam gulung tikar

Bandar Lampung – Sejumlah pengrajin tahu di Provinsi Lampung terancam gulung tikar, lantaran harga kedelai yang menjadi bahan pokok melambung tinggi.

Deta (38) pengrajin tahu di Kelurahan Tanjungsenang, Kecamatan Kedamaian , Kota Bandar Lampung, Selasa (22/2/2022) mengatakan sudah satu minggu mengurangi ukuran tahu.

“Harga bahan baku tinggi jadi saya harus memperkecil ukuran tahu,” ungkapnya.

Jika satu minggu ini harga kedelai tidak turun, pihaknya akan berhenti sementara untuk memproduksi tahu dan tetap mempertahankan pekerja yang berjumlah tujuh orang.

“Saya melihat satu minggu ini, apakah tetap bertahan atau tidak. Sebab jika kami ingin menaikan harga, konsumen akan menjerit dan setidaknya dengan ukuran kecil mereka masih bisa menikmati tahu,” ungkapnya.

Ia mengharapkan, ada kebijakan dari pemerintah yang dapat membantu meringankan beban para pengusaha tahu, sehingga masih bisa terus produksi.

Deta yang sudah 20 tahun menggeluti usaha tahu mengungkapkan, baru kali ini kacang kedelai naik dengan harga yang cukup tinggi kenaikan bisa dua kali lipat.

“Harga kacang kedelai naik dua kali lipat dari harga Rp6 ribu kini Rp12 ribu per kilogram. Kami terus coba bertahan meskipun tidak mendapatkan keuntungan,” ucapnya.

Senada juga disampaikan Suroto (40), pengusaha tahu rumahan di Jalan Tangkil Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro yang mengaku sejak pandemi COVID-19 sudah tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan tahu.

“Kurun waktu hampir dua tahun semenjak COVID datang, harga kacang kedelai naik dua kali lipat dari harga Rp6 ribu kini Rp12 ribu. Kami terus coba bertahan meskipun tidak mendapatkan keuntungan,” ucapnya.

Suroto menjelaskan, dirinya tetap bertahan meskipun tidak mendapat keuntungan agar para pekerja di tempatnya bisa terus mendapatkan penghasilan.

“Sekarang saja kami hanya bisa mengolah satu kuintal kedelai. Dari penjualan tahu sekarang keuntungan per hari hanya Rp200 ribu, itu belum dipotong belanja plastik, listrik, upah pegawai dan lainnya,” jelas Suroto.

Pihaknya berharap agar pemerintah segera mencari solusi untuk menurunkan harga kedelai agar dirinya tetap bisa memproduksi tahu.

“Kami berharap pemerintah punya solusi terkait tingginya harga kedelai ini, serta dapat menormalkan harga agar usaha yang saya rintis sejak lima tahun lalu ini tidak gulung tikar,” harapnya. (Red, DN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.