Menkes: Kasus Omricon Pertama Indonesia Muncul Di Fasilitas Karantina

oleh -4 Dilihat
IMG 20211216 110313 1
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin

Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kasus Omicron pertama Indonesia muncul di fasilitas karantina Rumah Sakit Wisma Atlet Jakarta,  yang dialami seorang petugas kebersihan setempat.

“Kasus Omicron yang sudah kita konfirmasi satu (kasus) dan lima kasus probable itu terjadi di karantina,” kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers perkembangan COVID-19 yang diikuti melalui Zoom di Jakarta, Kamis siang.

Dijelaslannya bahwa kasus ini dialami seorang petugas kebersihan RS Wisma Atlet Jakarta berinisial N dan diketahui berdasarkan hasil analisa genom sekuensing yang diterima Kemenkes RI pada 15 Desember 2021.

“Petugas pembersih ini tidak memiliki riwayat perjalanan luar negeri,” katanya.

Menurut Budi kronologi kasus penularan yang sama juga pernah dilaporkan otoritas terkait di Hongkong. “Jadi karena dia melayani pasien, akibatnya dia tertular,” katanya.

Budi mengatakan N selama ini tinggal di asrama Wisma Atlet Jakarta. Saat menerima laporan, Kemenkes langsung menghubungi yang bersangkutan dan dilakukan isolasi di asrama.

Selain itu, Kemenkes juga telah mendeteksi lima kasus probable Omicron yang melibatkan pelaku perjalanan internasional dari warga negara Indonesia serta asing.

Lima orang suspek Omicron itu di antaranya dua kasus adalah WNI yang baru kembali dari Amerika Serikat dan Inggris. Keduanya sedang menjalani isolasi di Wisma Atlet. Tiga kasus probable lainnya WNA asal China yang berkunjung ke Manado dan sekarang dikarantina di Manado.

Budi memastikan hingga sekarang belum muncul laporan transmisi komunitas dari kasus yang dialami N di Wisma Atlet.

Kemenkes telah meningkatkan presentasi pemeriksaan sampel genom sekuensing dari seluruh kasus konfirmasi yang terjadi di Tanah Air dalam rangka mendeteksi dini potensi transmisi komunitas Omicron.

“Standar whole genome sequencing (WGS) biasanya 5 persen, sekarang kita mau lakukan 10 persen. Semua kasus konfirmasi kita lakukan WGS,” katanya.

Upaya berikutnya adalah menggencarkan penggunaan reagen PCR menggunakan S-gene target failure (SGTF) agar Omicron bisa diketahui lebih cepat. “Sebab SGTF ini bisa memberikan marker atau indikasi dini bahwa kalau PCR positif kemungkinan besar Omicron,” katanya.

Budi mengatakan metode PCR SGTF lebih cepat mendeteksi dini Omicron bila dibandingkan metode WGS. “Tas PCR hasilnya bisa kita peroleh empat sampai enam jam, untuk genom sekuensing masih butuh lima sampai tujuh hari,” katanya. (Red/DN)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.