Lampung Tengah – Puluhan pengemudi kendaraan roda empat yang melintas di jalur Kecamatan Punggur, Lampung Tengah (Lamteng) menuju Kota Metro mengeluhkan pembangunan rigid beton yang berada di kecamatan setempat.
Pasalnya, pembangunan jalan Provinsi tepatnya di Kampung Nunggal Rejo, Kecamatan Punggur tersebut diduga dijadikan ajang pungutan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Parno, salah seorang pengemudi roda empat jenis truk yang merupakan warga Kota Metro menyayangkan adanya buka tutup akses jalan. Menurutnya, jalan yang telah dilakukan pengecoran dak telah selesai namun tidak kunjung di buka. Akibatnya pengendara harus mengantre.
“Hasil cor badan jalan yang sudah selesai harusnya sudah dibuka agar tidak mengakibatkan kemacetan, apalagi kita tau badan jalan yang belum di cor rusak parah. Kalau yang sudah selesai dibuka kan semua bisa lancar, sudah ngantri masih juga kita harus memberi uang kepada yang jaga buka tutup akses ini,” ungkapnya, Sabtu (27/11/2021)
Bentuk protes juga disampaikan oleh pengemudi kendaraan umum. Dirinya menyayangkan akses jalan dari arah Kota Metro – Punggur khususnya di Kampung Nunggal Rejo, Kecamatan Punggur, belum juga selesai.
“Hasil cor sebelah juga belum dibuka untuk kendaraan roda empat. Harus antre bermenit-menit dulu untuk lewat. Apalagi jalan di sebelahnya juga sudah bergelombang dan berbahaya, sudah banyak kendaraan yang ngangkrak dan rusak disini,” katanya
Dirinya juga mengimbau kepada seluruh pengemudi truk yang bertonasi berat agar tidak melintasi jalan tersebut.
“Kalau begini kan jadi pertanyaan kita semua, kenapa jalan yang sebelah belum di buka, padahal yang di Kampung Tenggul Angin pekerjaan yang sama tapi sudah bisa di lewati,” pungkasnya.
Sementara saat media ingin mengkonfirmasi kepada pihak penanggung jawab proyek, tidak ada satupun kontraktor yang berada di lokasi.
Namun hanya ada penjaga parkit yang mengatur lalulintas kendaraan dan menyatakan akan dibuka esok hari.
“Informasinya sih besok pak di buka jalan nya,” ujar penjaga yang enggan disebutkan namanya itu.
Kontributor: Deny Fernando
