Sutradara & Pemain: “Eternals” Mewakili Banyak Jalan Kehidupan

oleh -3 Dilihat
2021 11 02T180253Z 2 LYNXMPEHA10M8 RTROPTP 4 FILM ETERNALS DIVERSITY

Diskursus Network – Film baru “Eternals” menghadirkan hal-hal baru untuk semesta Marvel, mulai dari pahlawan super yang tuli dan berasal dari Asia Selatan hingga ciuman gay pertama.

Film ini tayang di bioskop AS, Jumat, setelah ditunda akibat pandemi COVID-19 dan dibintangi para aktor dari penjuru dunia, mulai dari Meksiko, AS, Inggris, Irlandia, Korea Selatan, Lebanon dan India.

Angelina Jolie yang berperan sebagai Thena berharap keberagaman ini “mulai jadi hal yang normal dan memang harus begitu dari dulu.”

“Saya harap orang yang menonton film ini bertahun-tahun kemudian berpikir ini bukan keberagaman, tapi hal yang normal dan hal yang benar,” kata Jolie dikutip Antara dari Reuters, Rabu (3/11/2021).

“Eternals” mengisahkan 10 alien kekal yang terpisah dan akhirnya berjumpa untuk menghadapi makhluk bernama Deviantes.

Pembuat film dan para pemeran mengatakan wajar bila Eternals mewakili banyak jalan kehidupan.

“Karakter-karakter ini telah ada sejak awal peradaban jadi tentu mereka harus mewakili keindahan kemanusiaan… rasanya ini alami,” kata aktris Asia-Inggris Gemma Chan yang berperan sebagai Sersi, Eternal yang bekerja di museum di London.

Pemeran lainnya meliputi aktor Pakistan-Amerika Kumail Nanjiani sebagai Kingo, pahlawan super Asia Selatan pertama di Marvel, dan Salma Hayek yang lahir di Meksiko berperan sebagai Ajak, pemimpin Eternals.

Ketika Brian Tyree Henry yang berperan sebagai Phastos, seorang karakter gay, mencium pasangannya saat mereka takut dunia akan berakhir, para penonton di penayangan perdana bersorak dan bertepuk tangan.

“Itu sangat emosional dan kau bisa merasakannya,” kata sutradara kelahiran China Chloe Zhao yang memenangi Oscar tahun ini untuk film “Nomadland”.

“Itu bukan cuma ciuman fisik. Mereka punya perasaan yang kuat satu sama lain dan tidak takut menunjukkannya.”

Lauren Ridloff yang berperan sebagai Makkari, pahlawan super tuli pertama di film Marvel, mengatakan dia percaya penonton film sudah lebih terbiasa dengan karakter yang beragam di layar.

“Kita sudah melewati gerakan Black Lives Matter. Kita sudah berdiskusi tentang apa sebetulnya arti keterwakilan, apa artinya inklusivitas,” ujar dia dalam bahasa isyarat Amerika. “Waktunya sempurna.” []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.