,

Hindari Pemakaian Pupuk Kimia, Petani Bisa Beralih ke Pelepah Pisang dan Kotoran Hewan

oleh -3 Dilihat
pisangg
Batang pisang yang dicacah untuk membuat pupuk organik. FOTO: Istimewa

Way Kanan – Semakin sulit dan mahalnya pupuk kimia, membuat masyarakat harus bisa memanfaatkan apa yang ada disekitarnya untuk menjadi pupuk organik. Beberapa bahan yang bisa dimanfaatkan adalah sampah batang pisang hingga kotoran hewan.

Atas dasar itu, Dinas Perkebunan Kabupaten Way Kanan, Lampung memberikan pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk organik pada masyarakat Desa Rantau Temiang, Kecamatan Banjit dan Desa Gunung Sari, Kecamatan Rebang Tangkas.

Pelatihan diikuti sejumlah warga dari kelompok tani kedua desa tersebut. Menurut Kepala Bidang Bina Usaha, Dinas Perkebunan Way Kanan Rohim, tujuan pelatihan dan pembinaan itu sebagai upaya mengurangi ketergantungan petani dalam penggunaan pupuk anorganik (kimia).

“Pupuk organik sangat baik untuk perbaikan struktur tanah juga untuk meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah, yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu pupuk organik juga ramah lingkungan,” ungkapnya pada Selasa (21/9/2021).

Petani diharapkan memiliki keterampilan mengolah pupuk organik mandiri dan bisa mengaplikasikannya ke tanaman perkebunan atau tanaman pangan mereka. Apalagi, lanjut Rohim, bahan-bahannya mudah didapat dan pembuatannya tidak terlalu sulit.

“Praktik pembuatan pupuk organik juga dilakukan secara detail, supaya petani lebih mudah memahami dan bisa mengembangkannya secara mandiri,” terus Rohim.

Sementara, bahan-bahan yang disiapkan seperti kotoran ternak, sampah daun-daun kering, pohon pisang yang sudah ditebang setelah buahnya dipanen. Biasanya bahan-bahan itu justru dianggap tidak bermanfaat.

Caranya, batang pohon pisang dicacah hingga berukuran kecil, kemudian sebagai aktivator bisa melarutkan EM-4. Lalu disiram merata sampai mencapai kelembapan 60 persen. Kemudian ditutup menggunakan terpal.

Proses dilakukan pembalikan dengan interval setiap tujuh hari sekali selama 24 hari, untuk menyediakan oksigen baru dan penurunkan panas yang bisa lebih tinggi dari 65 derajat celcius.

“Pada hari ke 24 sampai 28, dilakukan pendinginan dan pematangan baru setelah itu pupuk organik siap digunakan,” pungkas Rohim. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.